Senin, 09 Juli 2012

Gue coblos Faisal-Biem!!

11 Juli 2012. Hari tersebut adalah hari Pemilukada DKI Jakarta. Jutaan warga Jakarta akan menggunakan hak pilihnya untuk menentukan siapa yang akan menjadi Gubernur untuk 1 periode ke depan. Siapa yang akan memimpin kota kelahiran, kota tempat hampir seumur hidup gue menghabiskan waktu, kota yang sangat gue cintai ini dengan segala kekurangannya.

Tulisan ini gue buat karna terdorong oleh "gerakan massa" di twitter, terdorong setelah melihat tulisan @pandji yang sangat tulus, pendapat yang sangat masuk akal, dan observasinya yang sangat mendalam mengenai Faisal-Biem ini. TULISAN YANG SANGAT BERKELAS!! Jangan bandingin tulisan gue ini sama beliau, jelas berbeda (yaeyalaaahh jaauuhh). Karna gue bakal ngeliat dari sudut pandang gue pribadi, yang gak bisa dipertanggungjawabkan, karna gak pake data, hanya sekedar opini dari pengalaman.

Semenjak SMA, mungkin banyak temen yang gak tau, kalo gue sebenernya orang yang sangat ambisius. Ambisius dalam arti, selalu pengen jadi pemimpin, dimanapun gue berada. Dan didorong pula dengan keinginan untuk "mendobrak" pakem yang udah ada dalam organisasi. Iseng aja sebenernya, pengen ngebukti-in, kalo mau jadi Ketua suatu organisasi, gak perlu punya modal tutur-kata yang bagus, selalu rajin beribadah, dan punya relasi kuat sama pihak sekolah (atau kampus). Pengen ngebukti-in, orang yang seleng-nge-an, jarang keliatan beribadah, dan pemberontak kayak gue ini juga bisa mimpin organisasi.

Dimulai dari SMA, gue mulai "tergerak", sewaktu ada pemilihan Ketua OSIS. Tanpa tedeng-aling, dipilih oleh pihak sekolah, ada 6 calon Ketua OSIS. Mungkin saat itu gue salah (atau gak mendapat info yang cukup), kalo mau jadi Ketua OSIS, harus ikut yang namanya LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan). Dari LDK ini, lulusan terbaiknya jadi calon. Karna waktu SMA, kerjaan gue cuma maen doang, info ini gak nyampe. Titik puncaknya, pas temen sekelas pada saling berdiskusi: "Koq mereka sih calonnya?? Seenak2nya aja ngajuin calon. Ini kan yang mimpin kita setaun kedepan, harusnya dari kita dong. Ini siapa mereka ber-6?? Gue aja gak kenal. Pasti anak Masjid semua nih". Lalu temen yg laen nyeletuk: "Kalo emang bisa, mending elo aja Gol yang jadi Ketua OSIS, daripada mereka!!". Dan juga disahutin sama yang lain: "Iya Gol, mendingan elo dah". Kalimat tersebut, meski cuma becanda, atau basa-basi, cukup menyentak gue. Karna sebelumnya emang gak punya pengalaman berorganisasi. Paling banter selalu jadi Ketua Kelas dari SD (#Ketua Kelas, hahaha). Gimana mau jadi Ketua OSIS?? Akhirnya, terpilih Ketua OSIS yang baru, gue (dan mungkin teman2) gak bisa ngapa2in lagi. Tapi ucapan temen itu, masih terngiang-ngiang di kepala. Orang kayak gue begini, yang gak bisa ngapa2in, males berorganisasi, tapi temen2 cukup percaya untuk memimpin mereka. Akhirnya, gue coba dobrak aturan anak OSIS harus ikut LDK dulu. Sewaktu pemilihan Ketua Splash (Sepakbola 14), gue iseng dateng ke kelas rapat, meski terlambat. Ketua saat itu Ade Abdillah (yang notabene adalah temen SMP dan kuliah gue), doi yg pimpin rapat. Dari rapat tersebut, udah ada 2 temen gue, yang ikut LDK, namanya masuk jadi calon. Dan Ade nyantumin nama gue jadi calon juga. Hasilnya?? Gue menang sangat telak saat voting. Diantara semua Ketua Ekstrakulikuler, mungkin gue yg paling gak kompeten (paramater logisnya: Gak ikut LDK). Kalo rapat gak pernah serius, berantem sama anak masjid (pas salah satu dari mereka ngambil bola dgn paksa karna lagi Adzan--->>Kan bisa ngomong baik2 Ooomm), atau "malak" pihak sekolah untuk memberikan uang lebih kalo ada kejuaraan (dan tentu saja gak harmonis hubungannya, karna "malak"nya rada belagu). Lagi kepengurusan gue, anak Splash sangat disegani, karna Ketua-nya berani melawan siapa aja yg dianggap "mengganggu". Sebenernya bukan disegani sih, tapi anak Splash biangnya rusuh di sekolah.. (Hahaha..--->> Ketawa Nyebelin..).


Masuk kuliah, keinginan gue untuk kembali memimpin suatu organisasi, kembali bergejolak. Pas lagi OSPEK, target cuma 1 waktu itu. Jadi Ketua Himpunan Manajemen Unpad. Keinginan tersebut didorong dengan fakta bahwa, kebanyakan Ketua Organisasi di kampus itu, merupakan orang2 yang serius. Orang2 yang punya imej bagus, baik di mata mahasiswa/wi maupun dekanat. Imej gue?? Anak bola, kerjaan nongkrong mulu di kampus, ketawa-ketiwi, gak pernah keliatan ke Masjid, boro2 deket sama pihak kampus, yang paling mencolok, dianggap gak peduli sama organisasi. Kasarnya, anak kampus yang gak peduli sama kampusnya. Gue dobrak paradigma tersebut!! Gue buat seluruh kampus liat, kalo anak yang kerjaannya nongkrong2 juga bisa mimpin organisasi dan peduli almamater!! Gue ngobrol sama simpul2 angkatan, tentang rencana pencalonan ini, sambutan mereka positif dan siap mendukung. Yang gue deketin tentu aja simpul angkatan yang kerjaannya nongkrong2 dikampus, yang satu pikiran. Mereka juga maunya Himpunan dipegang oleh anak yang independen dan gak punya "atasan" (baca: ada yang nyetir). Alhamdulillah kepilih secara aklamasi. Setelah kepilih, gue gak ngilangin kebiasaan. Tetep becanda mulu kalo lagi rapat, tetep jarang keliatan di Masjid, tetep kerjaannya berontak mulu sama pihak dekanat. Gak ada yg berubah (pacar juga gak berubah, ini yang sedikit disesali.. #eeeeaaaa)

Politik di Himpunan sebenernya gak begitu "serem". Baru keliatan "serem" itu waktu terlibat dalam Pemilu BEM FE UNPAD. Kenapa serem?? Karna jabatan Ketua BEM FE UNPAD (KBFU) ini sangat strategis, dalam urusannya dengan kampus. Punya kekuatan untuk menentukan kebijakan. Punya kekuatan untuk menentukan jabatan strategis. Sesuai keinginan "atasan". Kenapa gue sangat pengen membantu temen untuk jadi KBFU ini?? Karna gue pengen ngedobrak kebiasaan dari dulu, dimana KBFU ini pasti "anak Masjid". Bukannya gue gak suka kalo "anak Masjid" yg kepilih, nothing personal sama mereka, gue pun tetep berteman koq. Yang jadi masalah, setiap mereka kepilih, orang2 kayak gue, yg kerjaannya nongkrong dikampus, tidak terfasilitasi sama BEM. Mereka cenderung untuk mengajak orang2 yg visinya sama. Bahkan orang2 yg beragama sama. Udah jelas gak akan sehat organisasi yang massa-nya plural, tapi diisi orang2 yg homogen. Temen gue ini akhirnya kalah. Sebenernya sebelum Pemilu dimulai, udah ketauan kalah, semenjak ada 3 calon yg mengajukan diri. Kenapa? Karna calon dari "anak Masjid", punya kekuatan yang solid, gak akan terpecah. Sedangkan suara sisanya akan terpecah milih temen gue, dan calon satu lagi. Udah pasti kalah. Sekali lagi, gue gak anti-"anak Masjid", gue cuma mau ngedobrak budaya yg udah mengakar aja, kalo mahasiswa yg kerjaannya nongkrong2, juga bisa mimpin organisasi sekelas BEM. Setengah iseng, setengah pengen berontak.

Balik ke masalah Pemilukada 11 Juli nanti. Dengan pengalaman gue tersebut, "Anak Masjid" itu gue samakan dengan calon dari partai politik. Yang suaranya solid. Partai besar mengusung Cagub sendiri. Demokrat mengusung Foke (incumbent), PDI Perjuangan-Gerindra mengusung Jokowi, PKS dan partai Islam lainnya mengusung Hidayat, Golkar mengusung Alex Nurdin. Dengan cerita diatas, gak mungkin gue memilih satu diantara mereka. Dari pengalaman gue aja, kalo pemimpin punya "atasan", gak akan bagus buat rakyatnya. Udah jelas mereka ada yg nyetir nantinya kalo kepilih. Yang nyetir akan mengendalikan, sesuai dengan kepentingannya sendiri (dan kelompok tertentu). Bukan kepentingan rakyat. Mau pilih calon kayak gini? Suara dari kita, tapi mereka bekerja bukan untuk memenuhi permintaan pemilik suara. Gue pribadi yakin, dari 4 calon ini, secara individu mereka niatnya baik, sama2 mau majuin Jakarta. Tapi kalo yang mengendalikannya gak baik, udah tau kan hasilnya akan seperti apa? Bisa saja mereka secara individu bersih, tapi orang2 dibelakangnya yg nikmatin. Sekali lagi, BUKAN RAKYAT YANG NIKMATIN.

Pilihan gue akhirnya mengerucut ke 2 calon lain, calon independen. Hendardji dan Faisal. Gue gak akan golput, dan pasti akan mencoblos salah satu dari mereka. Kenapa? Karna 2 calon ini satu aliran sama gue, mau mendobrak dominasi partai di negeri ini!! Makanya mereka ambil jalur independen. Jadi selama kampanye kemarin, cuma 2 calon ini yang mendapatkan perhatian dari gue. Seiring berjalannya waktu, ngeliat debat dan materi kampanye. Gue ngeliat Hendardji mengalami tekanan yg cukup besar dalam dalam menjalani proses Pemilu. Terlihat tidak rileks seakan2 ngomong dalam hati "Ngapain ya gue ikut beginian, cuma buang2 duit doang??". Sebaliknya, Faisal selalu terlihat tenang dalam kampanye. Dan gak perlu pusing mikirin biaya kampanye, karna dana didapat dari simpatisan mereka. Dari situ aja udah keliatan, kalo Faisal ngelakuin semua ini bukan untuk kepentingan pribadi. Emang dalam berkampanye, Faisal tertinggal jauh dari calon lain dari partai (yang sebenernya juga gak tau ini dana partai darimana kan??!!). Tapi beliau seperti berteriak: "Ayo warga Jakarta, jangan diem aja, kita goyang bareng2 dominasi partai di negeri tercinta ini!!". Meski, gue yakin, Faisal sendiri juga pesimis dirinya bakal bisa menang jadi Gubernur DKI Jakarta dengan segala keterbatasan, dan kekuatan yang dimiliki lawan.

Gue pernah ngetweet, yang kemungkinan bakal menang itu adalah Foke, bahkan bisa menang sangat telak, 1 putaran. Kenapa? Karna dia tau, sebagian besar warga Jakarta, GAK PEDULI sama yang namanya Pemilukada. Data dari blognya @pandji, Pemilukada terakhir ada 37% warga Jakarta yg golput. Kalo pemilukada 11 Juli nanti angka ini gak bisa ditekan, udah jelas Foke akan kembali menang, meski dia merem. 37% ini, gue yakin adalah golongan menengah. Kalo gue sambungin sama cerita pengalaman gue dulu, golongan menengah ini bisa disamakan dengan anak2 sekolah/kampus yg doyannya maen dan nongkrong. Yang gak peduli, siapapun pemenangnya, juga gak akan mempengaruhi hidupnya secara signifikan. Iya, termasuk gue. Sebenernya gak ngaruh secara signifikan juga siapapun yg menang nanti. Tapi, somehow, jiwa didalam tubuh, gak sreg kalo ada yg menang mudah di Pemilukada ini, terutama calon yang diusung partai. Kayak ada yg ngeberontak.. "Jangan diem aja Gol.."

Melalui blog ini, gue sebenernya cuma mau mengajak teman2, yg niat untuk golput, tolong gunain hak suara elo sebaik mungkin. Gue merekomendasikan, untuk coblos nomer 5, Faisal Biem. Iya, gue tau, sulit untuk menang. Tapi, bisa dipastikan suara elo gak akan terbuang percuma. At least, kita, orang2 yg dianggap gak peduli sama negara, bisa nunjukin kalo bisa bersatu ngelawain oligarki yang sudah semakin menyebar di negara ini. Oligarki identik dengan kelompok. Kelompok identik dengan partai. Jangan biarin partai-partai ini akan menang mudah di Pemilukada!! Tunjukin kalo kita bisa berontak!!

Faisal-Biem ini sebenernya simbol buat kebangkitan rakyat, kebangkitan dari demokrasi, yang seharusnya "Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat". Ayo bangun momentum bersama!! Tunjukin kita gak cuma bisa komentar sana-sini, tapi bisa juga bergerak!!

GUE COBLOS FAISAL BIEM!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar