Beberapa bulan yg lalu, rame tentang adanya Stand Up Comedy yg dipromosikan dengan gencar oleh tokoh-tokoh macam Pandji atau Raditya Dika. Dulu sempat bingung, ini komedi macam apa yg coba ditawarkan, karna namanya asing (kan bahasa asing, kalo bahasa Indonesianya mah "Komedi Berdiri", tapi ini juga yg berdiri apanya, orangnya atau apanya) dikuping gue. Akhirnya, cobalah gue nonton acara Stand Up Comedy Kompas TV, yg di-host oleh 2 orang tersebut. Oooohh.. Ternyata Stand Up Comedy itu, ada 1 orang pelawak (bahasanya diubah jadi "comic", gak tau dah ini kata darimana) yg berdiri sendirian di panggung, dan mencoba untuk melempar humor yg memancing tawa. Selama gue suka nikmatin komedi di televisi, yang udah biasa jadi "comic" itu adalah Iwel. Dia selalu Stand Up Comedy dengan rutin di acara Democrazy Metro TV, tiap hari Minggu. Iwel ini bahannya selalu berbau politik (maklum, karna acaranya pun tentang "politik"), jadi banyak yg suka gak ngerti dengan lawakannya. Tapi menurut gue, Iwel ini adalah comic yg sangat cerdas, gak sedikit orang yg berani "melawan arus" seorang diri dengan konstan dan gak kehabisan nafas. Dia berani terus Stand Up, gak peduli orang lebih suka dengan lawakan OVJ yg ngeledekin orang, banting2an, pukul2an, dll.
Sebelum ajang Stand Up Comedy Kompas TV diadakan, ternyata Metro TV sudah membuat acara lawak yg seperti itu. Meski awalnya masih diisi pelawak-pelawak "biasa" macam Cak Lontong-Temon, dll. Tapi makin kesini udah mulai ngundang "comic" asli kayak Sammy, Iwel, Mongol, dll. Dari sekian yg pernah tampil di Metro TV, idola gue adalah Soleh Solihun!! Ini orang asli lucunya minta ampun, waktu pertama kali ngeliat dia, perkenalan dia adalah gini "Assalammualaikum, nama sama Soleh Solihun. Dari tampang, saya terlihat umur 40, beginilah punya tampang visioner, anda bisa melihat muka saya beberapa tahun kedepan saudara-saudara!!". Ditambah lagi: "Saya sebenernya punya cita-cita sebagai rocker, tapi setelah dipikir2, gak keren juga ya, waktu diperkenalin sama MC pas konser: Kita sambuuuuuttt Soleh Solihuuuunnn.. Terus penonton pada teriak SOLEH.. SOLEH.. SOLEH..". Dari situ, gue langsung jatuh cinta sama orang ini. Dengan gaya yg cool, tapi bisa membawa ritme ketawa dengan halus. Ada penekanan waktu bagian lucunya. Pas kita ketawa, dikasih jeda sama dia sebentar, terus keluarin celetukan yg bikin ketawa lagi, jadi bisa ketawa secara estafet.
Mulai saat itu, gue langsung penasaran sama komedi jenis ini, ikutinlah acara Stand Up Comedy Kompas TV tiap Sabtu jam 19.30. Dari sini gue tau beberapa comic yg menurut gue punya style sendiri-sendiri, Gareng yg masih terbawa becandaan ala pelawak, Daslan Cukup yg story telling dgn jenaka, Wisben yg juga masih terbawa naluri lawaknya tapi udah bisa masukin sedikit2 gaya Stand Up Comedy (gue singkat SUC aja dah yak, panjang bener, pegel juga jari ngetiknye). Tapi ternyata itu gak cukup buat membuat juri terkesan. Menurut gue sendiri, mereka bertiga sangat lucu (bahkan ciri khas Daslan: Abis ngomong kata Daslan, selalu bilang "Cukup.. Cukup.. Cukup" sembari ngangkat pinggul itu jadi becandaan gue sama Dewa (istri) sampe sekarang, yaaaa.. Kalo gak mau dilakuin tiap Kamis Malam sih), tapi SUC Kompas TV bukan cari pemenang yg "model" begitu. Yang dicari sebagai pemenang yg punya ciri khas SUC, seperti Sadiah dgn gaya maenin volume suara plus tempo lamban, Asep Suaji dgn gaya terpatah2nya, maupun Mo Siddik dgn gaya ngomong yg santai dan terkadang bisa berekspresi secara tiba2. Tapi tetep, sesuai perkiraan gue, yg masuk 3 besar adalah Ernest, Akbar dan Ryan. Karna mereka bertiga secara konsisten selalu membahas hal2 berbau sosial (+politik dalam kasus idola gue, Akbar), dan membawakannya dengan sangat jenaka. Ernest sangat lucu pas lagi bawain hal2 berbau Chinese (yg notabene akan rasis kalau orang yg membawakannya bukan Chinese seperti Ernest). Akbar punya bahan2 yg menurut gue "berat" tapi memang sesuai dengan tujuan SUC, mengupas realitas, menyindir fakta tanpa perlu memberikan solusi dengan cara yg jenaka. Dan Ryan, sang juara, dgn gaya memancing ketawa yg sangat brilian, dan punya ide2 brilian pula (saat di Grand Final mencoba mengikuti gaya Akbar, sang finalis).
Dengan makin maraknya komedi macam ini, banyak sekali acara Open Mic (istilah untuk acara SUC) di adakan di cafe-cafe Jakarta, bahkan sampai keluar kota. Menjamur, makin banyak comic yg bermunculan di tanah air ini, makin menambah jumlah orang yg menghiasi hidup ini dgn bercanda. Semakin membuat dunia akan asyik, karna (harusnya) dapat mengurangi stres yg menggelayuti.
Beberapa temen mengusulkan untuk gue coba ikutan Open Mic, entah apa alasannya. Mungkin track record gue dimasa lalu yg suka ngomong didepan banyak orang dan saat ngomong suka ngelontarin joke-joke gak penting. Atau waktu acara jurusan di kampus, yg sampai 3 tahun yg lalu gue selalu manggung untuk bermusik, tapi justru teman2 ingin gue cerita mengenai "3 agama" dipanggung (cerita rasis tentang agama), siaul bener, bukannya mau ngedenger gue gebuk drum, tapi malah ngelawak. Tapi bedaaaaa.. Itu bukan SUC (
Akhir kata, komedi jenis ini termasuk baru di Indonesia, dan sangat menarik untuk diikuti. Kalo ada beberapa temen yg bilang: "Ngapain sih lo ikutin Stand Up Comedy?? Garing gitu becandaannya", gue rasa mereka adalah orang-orang yg gak mau perubahan, perubahan untuk membawa sesuatu yg baru ditengah kondisi hidup yg semakin membosankan. Perubahan yg bisa membuat hidup kita dikelilingi dengan canda tawa.. Perubahan baru yang sangat inovatif.. HIDUP KETAWA!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar