Mau coba iseng bahas mengenai pandangan awam gue. Perspektif dari pribadi, yang beragama Muslim. Ada 2 alasan utama seorang pria melakukan poligami, yang sering terdengar dipermukaan:
1. Mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW merupakan tokoh panutan umat Islam, dan kami mengakuinya sebagai nabi terakhir, hal itu terlihat di 2 kalimat syahadat, gak perlu diragukan. Jadi wajar kalo apa yang beliau anjurkan, terkadang disebut Sunah Nabi. Beliau pula yang menjalankan "perintah" di Al-Quran, surat An-Nisa: "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki". Beliau selama 28 tahun menikah hanya dengan 1 perempuan, Khadijah. Setelah sang istri meninggal, barulah beliau menikah dengan beberapa wanita. Tapi patut diingat, saat itu beliau menikahi janda tua yang ditinggal meninggal suaminya, dengan tujuan untuk meninggi-kan derajat mereka. Pada jaman tersebut, diskriminasi gender sangat kentara. Kalo dibanding sama banyak kasus poligami yang marak terjadi, lucu kalo alasan ini di utarakan. Wong yang dinikahi itu wanita yang lebih muda (seenggaknya dari istri pertama) dan lebih cakep (ya ini sih subjektif pandangan gue aja. *dan mungkin si suami tersebut*). IMO, kalo emang mau ikutin jejak Nabi Besar Muhammad SAW, ya samain-lah, jangan setengah-setengah.
2. "Daripada zina dan selingkuh??"
Gue akuin, SEMUA cowok di dunia ini, sebagian besar otaknya berisi bebagai macam hal tentang seks. Gak usah menyangkal. Dulu pernah ngobrol sama salah satu temen, yang dari SMP tergabung di organisasi agama Islam di sekolah, dia nikah cepet, padahal baru aja lulus kuliah. Gue tanya: "Koq elo berani banget nikah? Gimana ngempanin anak orang?", dia jawab: "Kalo udah nikah, rejeki mah ngalir Gol, lancar.". Karna jawabannya gak masuk logika, gue tanya lagi: "Logika-nya dimana, kalo nikah rejeki ngalir?". Dia senyum, terus bilang: "Gol, cowok itu diotaknya kebanyakan isinya begituan. Nah, gue nikah biar otak isinya gak gitu doang, karna udah punya istri yang siap ngeladenin urusan itu. Jadi gue bisa fokus kerja cari uang, kejar rejeki.". Logika yang sangat masuk akal. Nah, disaat sudah memutuskan untuk menikah, harusnya udah siap sama segala konsekuensi-nya. Apa aja? Salah satu-nya adalah setia kepada pasangan, gak selingkuh. Kalo emang gak siap, ya jangan nikah dulu, kan simpel sebenernya. Zina itu di Islam kalo "berhubungan" dengan bukan muhrim, misal dengan pacar (belom menikah), atau dengan wanita lain selain istri (buat yg sudah menikah). Jadi lucu, disaat "aturan" beragama justru jadi blunder dan justifikasi buat melakukan sesuatu yang sebenernya "salah". Maksudnya? Zina itu haram. Tapi bisa dipelintir sedemikian rupa biar jadi halal. Gituan sama pacar, haram. Begitu menikah, jadi halal. Gituan sama cewek lain disaat udah punya istri, haram. Begitu itu cewek dinikahin, jadi halal. Ditambah lagi, di Islam ada yang namanya Nikah Siri. Semua syarat menikah (secara agama) sudah terpenuhi, saksi, ijab kabul, dll, cuma gak tercatat di negara. Makin semrawut deh "aturan" agama dipelintir sama banyak orang buat keuntungan pribadi. Ada salah satu entertainer tersohor, yang nikah siri dengan wanita yang lebih cantik (menurut gue) daripada istrinya. Dia berdalih "Kami tidak melakukan zina, kami sudah menikah". What theeee..??!! Padahal istrinya gak tau kalo dia menikah lagi, jadi nikah siri-nya ngumpet dari istri pertama. IMO, gentle dong jadi laki, jangan cemen gitu.
Dari 2 alasan tersebut, terlihat jelas bahwa agama dijadikan tameng bagi para poligami-ers. Ngikutin jejak Nabi? Jadi itungannya poligami itu melakukan ibadah? Ya jangan tanggung-tanggung, cari istri kedua sampe keempat emang janda diatas umur 40 taun. Mau? *Hiiiiii.. gituan-nya juga (mungkin) udah gak enak looohh.. Mana harus biaya-in hidupnya pulaaaa.. Hiiiii..*
Kalo emang gak siap untuk menanggung konsekuensi setia hanya pada satu wanita, ya gak usah nikah dulu-lah. Lucu cuma karna urusan birahi, jadi "menurunkan" makna dari sebuah pernikahan. Gak mau zina? Ya menikah. Gak mau selingkuh? Ya poligami. Pemikiran model apa ini? *Penghulu jadi pekerjaan impian banyak orang, karna pasti kaya banget.. Mau jadi pengusaha?? Kalah duitnyaaaa..*
Sebenernya berpendapat begini juga karna ngeliat, jaman-nya udah beda, disaat poligami dilakukan jaman baheula, lelaki punya "kedudukan" lebih tinggi daripada wanita. IMO, mereka semakin menancapkan kuku, yang seolah ngomong: "Udaaaahhh.. Elo semua wanita pada nurut aje sama kita para lelaki". Sekarang? Udah gak gitu lagi, udah gak ada diskriminasi gender. Punya bos cewek dikantor? Indonesia punya Presiden wanita? Ada. Nah lo para lelakiiii.. Bersiap menghadapi banyak "tantangan", mana tau, dirumah ternyata istri yang punya "kekuatan" lebih, dan berniat poliandri? Jeng.. Jeng.. Jeng.. *tatapan panik di sinetron* *zoom in zoom out*
Dari semua pendapat diatas, gue pribadi menilai poligami dengan alasan-alasan agama itu omong kosong. Cuma tameng, cari pembenaran untuk sesuatu yang ditutupin. Kan sebenernya gampang, kalo ditanya, "Koq elo poligami sih?", jawab aja: "Iya nih, istri gue udah gendut, gituannya udah gak enak", atau "Ya masa' cuma sama satu orang terus seumur hidup, sekali-sekali cobainlah sensasi 3-some.", atau "Nafsu gue gede Bro, kasian bini gak bisa ngimbangin, jadi mau gak mau harus punya lagi". Kalo jawabnya begitu, RESPEK gue gede buat para poligami-ers, karna gak munafik. *ceritain dong, seru kagak? #eeeaaaa*
Kalo ditanya, setuju atau enggak, gue akan jawab:
ENGGAK SETUJU POLIGAMI KALO ALASANNYA AGAMA ATAU IBADAH.
Kalo misalnya ada yang baca, ternyata pelaku poligami, kerabatnya poligami, atau pro-pologami, cuma bisa bilang, silahkan kalo emang masih mau melakukan hal tersebut. Hidup itu bebas. Mau poligami, silahkan. Mau anti-poligami silahkan. Asal gak ganggu ketertiban umum, gak melanggar hukum. Toh gak ada untungnya juga buat gue, gak ada ngaruhnya. *iseng banget paragraf ini
Dalam menjalani kehidupan, salah satu prinsip gue adalah memposisikan diri di tempat orang lain. Contoh, bakal sebisa mungkin berbuat positif ke-orang, karna mungkin suatu saat gue yang ada dalam posisi membutuhkan perbuatan positif dari orang lain. Atau, berusaha gak mau berbuat negatif ke-orang, karna suatu saat gak mau orang lain berbuat hal negatif ke gue.
Dalam hal ini, gue gak mau berbuat poligami, karna memposisikan diri sebagai seorang wanita yang "di madu", yoi, para istri pertama dalam menerima istri kedua. Istri kedua dalam menerima istri ketiga, dan seterusnya. Gue membayangkan, kalo Dewa melakukan poliandri, dia menikah lagi dengan 1-2 pria lain. Hari ini dia ML sama gue, terus besoknya: "Bun, aku ke rumah si X (suami kedua) dulu ya, kamu tolong urus Adia ya dirumah". "Kamu ngapain sih ke rumah si X? Disini aja kenapa sama aku?". Dewa jawab: "Ya aku mau ML juga-lah sama dia, kan aku sebagai pelaku poliandri harus adil ke semua suami!!".
Ya ampuuunn.. Serem. Mudah-mudahan hal tersebut gak terjadi di keluarga gue, dan juga keluarga elo semua. NGERI.
NB: Tulisan ini bukan ajakan, cuma pendapat. Life is Beautiful, nikmatin aja sesuai ke-pengen-an elo, bodo amat apa kata orang. Para poligami-ers, bodo amat-in aja tulisan ini ya. Cheeeerrrss.. *angkat gelas* *gelas bandrek*