Kemaren salah satu akun lagi bahas mengenai nikah beda agama, gue keikutan buat nanggepin dengan beberapa tweet. Tapi salah satu follower, @devivirsha ,mengusulkan untuk dijadiin bahan ngeblog aja. Ide yang bagus, karna emang opini sulit buat dilontarkan dalam 140 karakter... *alasan, emang pengen bawel aje*
SMA adalah masa-masa-nya lagi seneng pacaran. Gue pacaran? Tentu saja (anjir, ngehe banget ini kesannya). Temen-temen-pun pacaran. Saat itu, banyak temen cowok yang Nasrani. Entah karna keterbatasan sumber daya wanita yg "sealiran", mereka jadinya pacaran dengan cewek Muslim. Kalo diperhatiin, pacaran yang rada awet itu yang agama-nya sama. Somehow, yang beda agama gak bertahan cukup lama (maksimal 2 taun). Penyebab pertama, karna emang masih cinta monyet kali ya. Kedua, ya karna beda keyakinan. Pernah dulu ada yg ngomong, pas gue tanya kenapa putus sama ceweknya: "Yaaahh Gooll.. Ngapain diterusin, daripada nanti terlanjur cinta beneran, dan putusnya harus terpaksa??". Hhhhmmm.. Emang ada benernya sih, karna beberapa bulan kemudian, sohib gue ada yang jadi "korban" putus terpaksa kayak begitu, sampe (dengan noraknya) melukai tangannya dengan menulis nama mantan-nya tersebut. *Orang Gila.. Orang Gila..*. Tapi justru disitu gue ngeliat, koq dia menghadapi situasi yang gak adil ya?
Masa kuliah dan masa kerja itu bisa dibilang udah masuk ke tahap yang lebih "mature". Udah mulai sedikit temen Nasrani yang berspekulasi untuk menjalin hubungan dengan cewek Muslim. Alasan mereka kurang lebih sama, takut nanti hubungan terlalu jauh. Dan mungkin jaman tersebut udah lebih banyak pilihan cewek Nasrani (maksudnya, temen kampus kan lebih banyak daripada temen SMA, apalagi kalo udah kerja, pergaulan makin luas pula). Tapi emang dasar punya temen banyak yang Nasrani, jadi ada aja yang masih punya kasus pacaran beda agama. Kalo ditanya, selalu dia bilang "Love will find the way Gol, sementara jalanin aja dulu". Pas gue desak, apakah ada salah satu kemungkinan pindah agama, dengan entengnya dia bilang "Mungkin aja, abis gimana kalo udah cocok begini? Gue rasa, meski berbeda, Tuhan gak akan menghalangi umatnya untuk saling mencintai deh". Lama gak denger kabar dari mereka, sampe akhirnya tau sendiri kalo mereka udah gak jalan bareng. Lagi-lagi kepo nanya kenapa bisa bubaran, "Yaaaaa.. Kami gak kuat nahan tekanan dari keluarga Gol kalo salah satu ada yg pindah. Nikah kan gak cuma urusan berdua doang. Kalo mau paksain beda juga, gimana aturannya di KUA? Susah". I think its not a fair situation to all not-same-religion-relationship out there..
Gue sendiri baru sekali sempet pacaran sama cewek Nasrani, karna emang saat milih pacarpun dari awal udah selektif. Bukan karna pengen yang se-iman, cuma emang gak mau ribet aja kedepannya. Dulu gue berpikir, pacaran beda agama pasti ujung-ujungnya putus, terus ngapain capek-capekin buang waktu? Dewa pernah pacaran sama cowok Nasrani, dan dia tau kalo ujung-ujungnya bakal putus. Tapi kan perasaan orang gak ada yang tau. Cinta kan suka dateng gak diundang, tiba-tiba aja, dan terperangkap didalamnya. Emang bisa dihindarin? Meski ujung-ujungnya putus karna gue JAUH lebih baik dari mantannya itu.. #taelah
Yang jadi pertanyaan, kenapa gak boleh ya??
Menurut opini pribadi gue, agama gak boleh jadi penghalang orang untuk saling mencintai. Cinta itu adalah energi positif yang pasti Tuhan (dari perpektif manapun) pun menyukainya. Rasa benci itu adalah pusat dari semua kejahatan. Orang ngejambret, nyuri, ngerampok itu diawali rasa benci kepada orang-orang yang lebih punya dari si pelaku, atau minimal benci sama kehidupannya yang berkurangan. Pemerkosa diawali dari rasa benci karna gak ada pelampiasan syahwat, dan lain sebagainya. Cara ngelawannya? Ya sebarkan cinta seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya. Gue yakin semua agama pun mengajarkan hal yang sama. Semua agama mau kan hidup damai? Ya biarkanlah kita bebas mencinta..
3 hambatan terbesar bagi pasangan beda agama yang mau melanjutkan ke tingkat lebih serius, beserta solusi nyeleneh, awam, tanpa data, dan jangan-begitu-didenger, dari gue:
1. Ritual.
Bagi sebagian besar orang, nikah beda agama itu bingung ritual "akad"nya gimana. Di Islam, ada proses Akad nikah, dimana wali nikah dan mempelai harus beragama Islam agar bisa dibilang sah. Di Nasrani gue kurang tau (meski sering liat temen nikah) , tapi kayaknya kalo pemberkatan di gereja itu harus mempelai beragama sama. Kalo emang tetap mau maksa menikah bagi pasangan beda keyakinan, jalanin aja ritual keduanya. Yang Muslim jalanin ritual Nasrani, begitupun pasangan mempelainya. "Lah, tapi kan agama mereka berdua berbeda?". Setau gue, dalam Islam, dengan nyebut 2 kalimat syahadat dan ada saksi, secara agama, itu bisa disebut sudah jadi Muslim (tanpa pencatatan sipil seperti nikah siri, kan secara agama sah, tapi gak tercatat di negara). Di Nasrani kurang begitu tau seperti apa, tapi pasti ada proses "masuk Nasrani" secara agama, karna dulu pas agama ada kan juga gak masukin peraturan pemerintah didalam ajarannya, harus masuk catatan sipil segala. Kalo ritual masing-masing udah dijalanin, ya terserah setelah resmi menikah secara agama, mau gimana. Apa balik ke agama masing-masing, atau ada kesepakatan lain. Emang terlihat gue nge-gampangin banget pindah-pindah agama begini, tapi mau gimana lagi kalo yang dimasalahin "ritual"nya. Toh ini kan sebenernya hubungan vertikal kita sama Tuhan, harusnya gak ada masalah mau nanti punya agama apa setelah menikah. Apa yang diputuskan, ya itu yang dipertanggungjawabkan.
2. Keluarga
Ada beberapa suku (dan agama di Indonesia) yang tabu bagi pengikutnya untuk pindah agama. Di Batak itu sangat tabu untuk pindah dari Nasrani ke Muslim (misalnya). Dulu temen sampe ada yang mau diusir dari keluarga besar kalo pindah ke Islam dan menikah. Dari sekian banyak masalah ini, emang keluarga menjadi alasan terbesar. Keluarga besar pasti kemungkinan gak akan terima kalo salah satu anggotanya harus berpindah keyakinan. Coba cerna baik-baik, sebenernya keluarga lebih mentingin "terjaga"nya agama mereka, atau mereka lebih mentingin "terjaga"nya kebahagiaan salah satu anggotanya? Kalo mereka lebih mentingin "terjaga"nya agama, berarti emang keberadaan anggota cuma gitu doang, gak dianggap penting, ciyan, hehe. Karna yang ada dipandangan gue, keluarga pasti lebih mentingin kebahagiaan anggotanya. Perjuangkan pasangan elo, meski beda agama, yakinin mereka kalo dia adalah orang yang tepat untuk menjadi pasangan seumur hidup. Sehingga mereka akan membantu mencari solusi bagaimana agar hubungan tersebut bisa dibawa ke tingkat yang lebih tinggi. Pernah ada temen yang punya kasus begini, dia pindah agama untuk menikah. Di hari pernikahan, keluarga besarnya pada gak dateng, dan orangtua-nya sempat "memusuhi"nya. Tapi apa yg terjadi? Seiring berjalannya waktu, ngeliat ternyata anaknya telah bahagia dengan keluarga kecil barunya, orang tua pun kembali membuka tangan, dan meyakinkan keluarga besar kalo keputusan anaknya sudah tepat. Sampe sekarang, baek-baek aja tuh meski udah pindah agama. Sekeras-kerasnya, pasti mereka akan luluh juga (asal emang keputusan menikah ini adalah keputusan yang tepat. Kalo someday ternyata elo cerai, akan jadi blunder yang sangat besar dalam hidup), minimal keluarga inti (Ayah-Ibu-Kakak-Adik) tidak akan "membuang" kita dari silsilah keluarga.
3. Birokrasi.
Di Indonesia, setau gue juga KUA gak bisa mencatat pernikahan yang beda agama. Gak tau alasannya kenapa, mungkin untuk mengurangi tekanan yang akan didapat mereka dari pihak luar. Harusnya ada perubahan, bikin undang-undang baru, negara gak boleh menghalangi hak warga untuk saling mencintai. Seperti yang gue bilang diatas, mungkin Tuhan-pun gak akan menghalangi, ngapain ini manusia ikut campur? Untuk pencatatan sipil, mungkin lebih mudah untuk "diakali". Sedikit banyak seperti solusi untuk masalah "ritual" diatas, pindah salah satu ke agama tertentu, sampe petugas KUA melakukan pencatatan sipil. Setelahnya, ya terserah lagi mau gimana, sesuai kesepakatan masing-masing. Bukan ngajak untuk "nyepelein" atau "nyuekin" undang-undang/hukum yang berlaku di negara ini, tapi cinta itu ada di wilayah "abu-abu" dari perundangan, gak bisa diukur. Harusnya juga gak perlu diatur negara, cukup dari "aturan" agama masing-masing aja. Jadi keinget ucapan Sudjiwotedjo di satu kesempatan: "Negara kita ini aneh, tiap hari di tivi selalu diperlihatkan tawuran, kekerasan, kejahatan, dan lain-lain. Tapi orang ciuman, malah disensor. Koq malah kebencian yang diperlihatkan, tapi orang mencinta malah gak dikasih liat??". Kalo disambungin sama topik yang gue tulis, "Koq orang mencinta dibatasi sama negara ini??".
Tulisan gue diatas ini emang terkesan mudah, tapi pasti gak semua bisa dan mau jalaninnya. Tulisan ini-pun terkesan meremehkan arti dari suatu agama yang dipeluk, pasti terlihat seperti itu. Tapi maaf kalo ada yang gak berkenan, di blog ini cuma mau mengutarakan maksud gue, mengenai kenapa punya pasangan beda agama itu gak boleh?? Karna (mungkin) Tuhan-pun gak akan menghalangi umat-Nya untuk mencintai, terlepas dari keyakinan apapun yang dianut.
Contoh paling nyata adalah Bapak-Ibu mertua yang berbeda agama. Bapak Hindu, Ibu Muslim. Ada konsekuensinya? Jelas ada, banyak malah. Terutama hambatan dari keluarga besar. Tapi mereka menjalani semua ini emang niat mau membuat rumah tangga sendiri, toh ujung-ujungnya yang jalanin kehidupan, kita sendiri kan? Juga banyak konsekuensi lain, salah satunya, anak gak beragama sama kayak kita sendiri nantinya. Waktu nikah sama Dewa, Bapak gak bisa jadi wali nikah, tapi saat gue melangsungkan akad, Bapak duduk tepat disamping penghulu (yang jadi wali nikah). Hampir mirip "ritual" Islam, cuma bedanya pas Ijab Qabul yang salaman gue sama penghulunya. Yakin pasti Bapak sedih saat itu karna gak menikahkan anaknya dengan "ritual" Hindu, tapi kesedihannya pasti lebih kecil daripada kebahagiaannya liat Dewa menikah dengan lelaki yang dia mau, yang akan menggantikan posisinya sebagai "pelindung", yang (mungkin) juga membawa kehidupan menyenangkan bagi anaknya. Dalam kasus ini, Bapak lebih mementingkan Dewa menemukan kebahagiannya sendiri. Emang harusnya begitu bukan jadi orang-tua?? Iya.
Kalo suatu saat orang-orang terdekat gue menjalin hubungan yang cukup serius dengan agama berbeda, dan mau melanjutkan ke pernikahan, pasti akan gue kasih tau semua konsekuensinya secara detail, secara gamblang. So he/she will prepare for the worst. Kalo semua konsekuensi-nya udah diketahui, selanjutnya dia sendiri yang memutuskan harus bagaimana. Mau tetep maju, tapi tanggung risiko, atau mundur untuk menghindari risiko. Like I said before, ujung-ujungnya yang jalani kehidupan adalah kita (atau mereka) sendiri. Rules your own life..
NB: Kalo punya pasangan yang layak untuk menjadi pasangan seumur-hidup, PERJUANGKAN!! Jangan biarin perbedaan keyakinan membatasi rasa cinta.. Pernah denger anekdot "Jodoh Di Tangan Tuhan"? Coba elo dirumah aja gak ngapa-ngapain, emang tiba-tiba jodoh dateng ngetok pintu? Kagaklah. Bukannya gak percaya sama takdir, tapi jodoh itu harus dicari, diperjuangkan, gak bisa pasrah sama keadaan dan dengan gampangnya nyerah "Berarti emang bukan dia jodoh gue"..
"I love you when you bow in your mosque, kneel in your temple, pray in
your church. For you and I are sons of one religion, and it is the
spirit..", Kahlil Gibran
A story from the unsuccessful Football Player, Musician.. (and maybe a banker)
Rabu, 24 Oktober 2012
Selasa, 23 Oktober 2012
Beribadah
Karna Jumat nanti Idul Adha, iseng ah bahas tentang agama.. *pake sorban dulu*
Selama 28 tahun hidup, gue perhatikan menurut pandangan sendiri (bukan dari guru agama loh ya), beribadah itu ada 2 jenis, beribadah vertikal dan beribadah horizontal. Karna gue Muslim, perpektif dari agama sendiri yak. *agama sendiri aja capek belajarnya, gimana disuruh belajar agama yang laen*
1. Beribadah Vertikal.
Artinya adalah ibadah yang dilakukan antara kita dan Allah. Contoh: Salat, puasa, dan ibadah lainnya yang bersifat "khusyuk". Karna saat melakukan (contohnya) Salat, itu adalah hubungan privat antara seorang manusia dengan Tuhannya, gak ada hubungannya ke elemen lain.
2. Beribadah Horizontal.
Artinya adalah ibadah yang dilakukan antara kita dan mahluk hidup lainnya. Contoh: Menolong, gotong royong, menghormati, dan perbuatan lainnya yang positif dalam sosial. Karna saat melakukan (contohnya) menolong orang lain, itu adalah sebuah hubungan yang akan membuat kehidupan di dunia menjadi harmonis.
Di lingkungan gue, BANYAK yang belum melaksanakan ibadah vertikal-horizontal secara beriringan. Ada yang Salat 5 waktunya gak lewat, tapi gak pernah peduli, temen ada yang lagi susah gak dibantu, dll. Dengan kata lain, disuka sama Allah, tapi gak disuka sama lingkungan. Ada pula yang secara sosial hebat, peduli sama sekitar, tapi males ngerjain ibadah macem Salat, dll. Semua orang sekitar menyukainya, tapi (mungkin) gak disuka Allah karna tidak menjalankan perintah-Nya. Mana yang bagus??
Gue sendiri masih sangat minus untuk ibadah vertikal. Horizontal? Tau "cara"nya, tapi tetep harus banyak belajar dari orang lain. Vertikal mau belajar darimana, wong itu cuma hubungan kita sama Allah, gak ada yang bisa ngajarin mana lebih baik. Dulu pernah waktu kecil, rajin Salat cuma biar dikasih duit jajan lebih sama Ayah. Atau dulu punya mantan yang selalu ingetin Salat, ya gue lakuin. Tapi semata-mata biar gak "ribut" aja. Jadi hilang makna ibadah-nya kan kalo begitu. Makanya gue pribadi suka merasa sebel dan men-"challenge" orang-orang yang suka nasehatin mengenai ibadah vertikal. Itu kan privat, gak ada yang bisa nentuin standar-nya. Bahkan orangtua atau pasangan. Apalagi cuma temen, atau bahkan orang gak dikenal. Coba deh sekali-sekali iseng nasehatin gue masalah ibadah vertikal ini.. *pake iketan kepala Rambo*
Kalo elo ada di "kelompok" Beribadah Vertikal dengan konsisten, tapi gak begitu peduli sama Ibadah Horizontal, yang terjadi adalah merasa dirinya paling benar dan berhak untuk menasehati orang yang dianggap "bukan dijalurnya" meski agamanya sama. Bayangin, gimana merespon agama yang berbeda coba. Ada gak dilingkungan elo, yang kalo kita gak Salat, pandangan mata-nya nyebelin? Nah, doi dah tuh yang gue maksud. Sedangkan kalo elo ada di "kelompok" Beribadah Horizontal, tapi gak peduli sama Ibadah Vertikal, yang terjadi adalah selalu nyinyir sama orang yang ngapa-ngapain selalu bawa-bawa ayat Alquran atau hadits, dan menganggap mereka sok suci. Ada gak dilingkungan elo, yang kalo lagi ngomongin masalah perintah Allah, tapi selalu berkomentar nyebelin seolah agama itu gak eksis? Nah, orang begitu yang gue maksud. Gak asik banget deh kalo ada yang berpikir salah satu dari ibadah vertikal atau horizontal lebih penting dari yang satu lagi. In my opinion, SAMA PENTINGNYA.
Ada beberapa temen yang gue anggap udah berada di level ngerjain ibadah vertikal-horizontal yang beriringan dan konsisten, temen yang selalu menyebarkan aura positif dimanapun berada. Elo punya temen gak, yang meski dia gak ngomong apapun, ngeliatnya aja udah adem sendiri? Dan somehow, meski dia bukan Presiden atau Bos elo, tapi dengan sendirinya kita "segan" dengan keberadaannya? Mereka yang patut dijadikan contoh. InsyaAllah gue on the way ke level yang sama, meski emang berat buat dilalui.. *siap-siap pemanasan* *pemanasan aja masih siap-siap, kapan mulainya woooyy* #monolog
Jangan ngerasa HEBAT dulu ya sebagai manusia kalo baru "khatam" ngerjain Ibadah Vertikal, tapi gak Beribadah Horizontal. Begitupun sebaliknya. Ibadah Horizontal gak pernah kelewat, tapi lupa sama Allah, Ibadah Vertikal gak dikerjain. Idealnya, harus dijalanin bareng, dengan porsi yang sama.
*SO, ELO ADA DIMANA GUUYYSS??!!*
Selama 28 tahun hidup, gue perhatikan menurut pandangan sendiri (bukan dari guru agama loh ya), beribadah itu ada 2 jenis, beribadah vertikal dan beribadah horizontal. Karna gue Muslim, perpektif dari agama sendiri yak. *agama sendiri aja capek belajarnya, gimana disuruh belajar agama yang laen*
1. Beribadah Vertikal.
Artinya adalah ibadah yang dilakukan antara kita dan Allah. Contoh: Salat, puasa, dan ibadah lainnya yang bersifat "khusyuk". Karna saat melakukan (contohnya) Salat, itu adalah hubungan privat antara seorang manusia dengan Tuhannya, gak ada hubungannya ke elemen lain.
2. Beribadah Horizontal.
Artinya adalah ibadah yang dilakukan antara kita dan mahluk hidup lainnya. Contoh: Menolong, gotong royong, menghormati, dan perbuatan lainnya yang positif dalam sosial. Karna saat melakukan (contohnya) menolong orang lain, itu adalah sebuah hubungan yang akan membuat kehidupan di dunia menjadi harmonis.
Di lingkungan gue, BANYAK yang belum melaksanakan ibadah vertikal-horizontal secara beriringan. Ada yang Salat 5 waktunya gak lewat, tapi gak pernah peduli, temen ada yang lagi susah gak dibantu, dll. Dengan kata lain, disuka sama Allah, tapi gak disuka sama lingkungan. Ada pula yang secara sosial hebat, peduli sama sekitar, tapi males ngerjain ibadah macem Salat, dll. Semua orang sekitar menyukainya, tapi (mungkin) gak disuka Allah karna tidak menjalankan perintah-Nya. Mana yang bagus??
Gue sendiri masih sangat minus untuk ibadah vertikal. Horizontal? Tau "cara"nya, tapi tetep harus banyak belajar dari orang lain. Vertikal mau belajar darimana, wong itu cuma hubungan kita sama Allah, gak ada yang bisa ngajarin mana lebih baik. Dulu pernah waktu kecil, rajin Salat cuma biar dikasih duit jajan lebih sama Ayah. Atau dulu punya mantan yang selalu ingetin Salat, ya gue lakuin. Tapi semata-mata biar gak "ribut" aja. Jadi hilang makna ibadah-nya kan kalo begitu. Makanya gue pribadi suka merasa sebel dan men-"challenge" orang-orang yang suka nasehatin mengenai ibadah vertikal. Itu kan privat, gak ada yang bisa nentuin standar-nya. Bahkan orangtua atau pasangan. Apalagi cuma temen, atau bahkan orang gak dikenal. Coba deh sekali-sekali iseng nasehatin gue masalah ibadah vertikal ini.. *pake iketan kepala Rambo*
Kalo elo ada di "kelompok" Beribadah Vertikal dengan konsisten, tapi gak begitu peduli sama Ibadah Horizontal, yang terjadi adalah merasa dirinya paling benar dan berhak untuk menasehati orang yang dianggap "bukan dijalurnya" meski agamanya sama. Bayangin, gimana merespon agama yang berbeda coba. Ada gak dilingkungan elo, yang kalo kita gak Salat, pandangan mata-nya nyebelin? Nah, doi dah tuh yang gue maksud. Sedangkan kalo elo ada di "kelompok" Beribadah Horizontal, tapi gak peduli sama Ibadah Vertikal, yang terjadi adalah selalu nyinyir sama orang yang ngapa-ngapain selalu bawa-bawa ayat Alquran atau hadits, dan menganggap mereka sok suci. Ada gak dilingkungan elo, yang kalo lagi ngomongin masalah perintah Allah, tapi selalu berkomentar nyebelin seolah agama itu gak eksis? Nah, orang begitu yang gue maksud. Gak asik banget deh kalo ada yang berpikir salah satu dari ibadah vertikal atau horizontal lebih penting dari yang satu lagi. In my opinion, SAMA PENTINGNYA.
Ada beberapa temen yang gue anggap udah berada di level ngerjain ibadah vertikal-horizontal yang beriringan dan konsisten, temen yang selalu menyebarkan aura positif dimanapun berada. Elo punya temen gak, yang meski dia gak ngomong apapun, ngeliatnya aja udah adem sendiri? Dan somehow, meski dia bukan Presiden atau Bos elo, tapi dengan sendirinya kita "segan" dengan keberadaannya? Mereka yang patut dijadikan contoh. InsyaAllah gue on the way ke level yang sama, meski emang berat buat dilalui.. *siap-siap pemanasan* *pemanasan aja masih siap-siap, kapan mulainya woooyy* #monolog
Jangan ngerasa HEBAT dulu ya sebagai manusia kalo baru "khatam" ngerjain Ibadah Vertikal, tapi gak Beribadah Horizontal. Begitupun sebaliknya. Ibadah Horizontal gak pernah kelewat, tapi lupa sama Allah, Ibadah Vertikal gak dikerjain. Idealnya, harus dijalanin bareng, dengan porsi yang sama.
*SO, ELO ADA DIMANA GUUYYSS??!!*
Senin, 15 Oktober 2012
Rest In Peace Eko Anggoro..
2 soldier from heaven |
2 orang ini adalah kawan gue yang udah dipanggil ke Rahmatullah..
Esmardo Jamauli (sebelah kanan mengenakan handband), telah berpulang tanggal 23 Agustus 2011 karna terkena (diagnosa-nya) serangan jantung.. (Lengkapnya bisa cek di link ini, pernah gue tulis blog tentang almarhum.. Rest In Peace Esmardo Jamauli.. )
Eko Anggoro, telah berpulang ke Rahmatullah tanggal 12 Oktober 2012, karna terkena penyempitan syaraf tulang belakang selama kurang lebih 2 bulan.. Dan sekarang, blog ini mau ceritain sedikit pertemanan gue dan kisah almarhum selama masih hidup..
Perkenalan pertamakali dengan Eko ini sekitar tahun 2003, saat futsal sedangan merangkak untuk menjadi sangat populer seperti saat ini. Gue udah kuliah di Manajemen UNPAD, Eko saat itu masih kuliah di UNPAR. Isak, salah satu temen maen bola/futsal dikampus, sering ngajak gue untuk maen futsal bareng sama temen-temen SMA 5-nya. Kebetulan, Isak dan Eko ini adalah temen satu angkatan di SMA. Jadilah gue kenal sama Eko.
Awal kenal, udah tau kalo anaknya pemalu, karna emang jarang banget ngobrol. Cuma sering nyeletuk-nyeletuk dikit aja di lapangan. Omongannya yang paling gue inget adalah, pertama kali maen futsal bareng, dia nge-golin pake kaki kiri kenceng banget shooting dari tengah. Pas lagi tos, iseng nanya "Ko, kaki elo itu kiri atau kanan sih?". Dengan pede, nyebelinnya dia jawab: "Saya bisa dua-duanya Gol!!", dengan muka lempeng. Gue tau dia becanda, Isak-pun langsung ngelepak kepalanya "Belagu siah nying". Tapi dalam hati, "Anjir ini orang, kaki kanan-kiri-nya sama bagus". Sedikit iri.
Selama sekitar 2 tahun, gue kenal Eko ya sebatas kalo maen futsal aja sama temen-temen Isak, meski intensitas mainnya ditingkatin, dengan sering sparing sama tim lain. Dari mulai maen bareng itu, somehow, kalo lagi diajak maen, gue pengennya bareng maen Isak-Eko. Isak karna emang dia temen setim dikampus, Eko ya karna maen sama dia enak. Enaknya? Dengan tingkat kontrol bola yang nyaris sempurna, kombinasi gak banyak gocek dengan sering passing itu sangat menyeramkan di lapangan futsal, shooting bisa keras menggunakan kaki kanan-kiri yang sama, bertahan dengan sangat baik (karna posisi aslinya kalo sepakbola adalah pemain bertahan) dan yang terpenting, gak ngerasa jago. Padahal jago.
Sampe akhirnya, pada saat penerimaan Mahasiswa Baru Manajemen Unpad 2004, gak disangka, ternyata Eko sekampus dan sejurusan sama gue. Dia ngelepas Unpar-nya, dan mulai berpetualang ditempat baru. Karna pemalu dan gak mau ribet, dia gak pengen ikut OSPEK di kampus. Kebetulan saat itu gue lagi jadi Ketua Himpunan dan sedikit "keras" sama anak-anak yg gak ikutan OSPEK. Salah satu peraturan "keras" yg: Siapapun pun yang gak ikutan OSPEK, gak boleh ikutan setiap acara yang diselenggarain Himpunan. Termasuk Liga Manajemen (ada sepakbola dan futsal didalamnya). Isak langsung bujuk Eko, "Lamun maneh teu ngilu Ospek, teu bisa ikutan maen bola jeung futsal siah. Eta si Bagol bikin peraturan kitu". Ajaib, dengan hanya alasan tersebut, Eko bela-bela-in akhirnya ikutan OSPEK.
Intensitas gue-Eko maen futsal bareng makin nambah. Maen bareng alumni SMA 5 masih jalan, di saat yang bersamaan kami punya tim baru. Namanya Tim Malam. Tim Malam ini adalah cikal-bakal berdirinya tim FUSEC UNPAD, yang di-inspirasi oleh Ade Abdillah (Manajemen 2001). Dia yang kumpulin pefutsal terbaik di Manajemen untuk bergabung, dan cari lawan keliling Bandung pada malam hari. Untuk diajakin sparring, yang kalah bayar lapangan. Gue-Eko-Isak pun bergabung, bersama para pemain hebat macam Alfredo-Frederick juga ikut memperkuat tim ini. Makin seringlah maen informal sama Eko. Kenapa gak formal? Masih jarang banget turnamen futsal di Bandung saat itu. Antar kampus aja masih jarang, gimana yang model open tournament. Maen bersama tim malam dan ngebantai lawan udah lebih dari cukup saat itu. *belagu padahal lawannya anak SMP semua*
Sampe akhirnya, Ade dapet undangan FEUI Cup 2005 dari temennya. Turnamen futsal formal. Karna waktu yg sangat mepet, akhirnya terbentuklah tim FE UNPAD yang bermaterikan mayoritas anak tim malam plus pesepakbola terbaik dari jurusan ESP-Akuntansi. Gue masuk, dan Eko-pun (saat itu masih Mahasiswa Baru), terpilih masuk tim yg dikapteni Ade sendiri dan coach Yamin. Saat masa persiapan, coach Yamin langsung ngeliat gue-Isak-Eko maen udah nyetel banget (karna emang udah hampir 3 tahun sering maen bareng), plus kemampuan "monster" yg dipunya Alfredo dan kecekatan Fredrick di bawah mistar, jadilah ini 5 starter selama kejuaraan berlangsung. Not bad, dengan persiapan yang pas-pas-an, kami kalah di semifinal oleh FE UKI (saat itu diperkuat Leonard Tupamahu- Eks Persija). Tapi dapat gelaran hiburan, peringkat 3 setelah ngalahin STAN. Saat perebutan tempat ketiga, Eko mencetak 2 gol di menit-menit awal untuk "menjamin" kemenangan. CV yang cukup baik selama kejuaraan, untuk seorang "anak baru".
FEUI Cup 2006. Dengan persiapan yang jauh lebih baik, pemain yang ikut pun sudah terjamin kualitasnya, hasil yang diraih pun meningkat. Ade udah pensiun, jadi ban kapten beralih ke ...... (ah sudahlah, gak usah dikasih tau, nanti dibilang sombong. #taelah) dan coach masih Yamin. Meski ada almarhum Esmardo yang pemain luarbiasa, tapi tetep Yamin masih ngandelin starter taun lalu, dengan alasan "Maennya udah sangat nyetel". Hasilnya? Meski tetep gak bisa juara dan gak bisa balas dendam, seenggaknya di final kami mamberikan perlawanan yang cukup keras buat FE UKI, meski kalah 6-8. Pernah nulis juga tentang kejuaraan ini, klik aja di FEUI Cup 2006 .Angkatan 2002 (gue-Isak-Alfredo-Fredrick, dll) memutuskan untuk pensiun setelah laga final tersebut. Dan kami gak perlu risau, karna yakin Eko bisa mimpin teman-temannya. Yakin banget.
Eko ini punya potensi memimpin yang sangat besar dalam dirinya. Tapi orangnya sangat pemalu. Jadi terkadang kami teman di sekitarnya harus "mendorong" dia untuk mau ngembangin potensi. Mungkin itu wujud sayang seorang teman.
Pertama, waktu pertandingan terakhir grup di FEUI Cup 2005. Ade harus absen, coach Yamin juga absen. Jadi tim sementara di pegang oleh Encop, asisten Yamin. Saat Ade gak ada, dia bukannya milih angkatan yang lebih tua buat jadi kapten gantiin Ade, tapi justru malah milih Eko!! Alasannya? "Biar Eko bisa ngomong dilapangan". Encop pun tau, Eko yg bakal mimpin tim ini 2-4 taun mendatang.
Kedua, waktu gue udah mau lulus dan harus ada suksesi Presiden FUSEC UNPAD. Gak lain dan gak bukan, cuma ada calon tunggal yang dapat dipercaya buat mimpin organisasi ini. Eko Anggoro. Awalnya dia menolak, karna ngerasa dirinya gak yakin bisa jadi pemimpin di organisasi. Tapi setelah diberi pengertian, dia ngerti kalo ini masalah tanggungjawab, dan dia ambil ini jabatan. Bahkan sampe menjabat 2 periode (karna saat itu masih bener-bener organisasi baru lahir). Di masa menjabat, FUSEC dikembangin oleh Eko, mulai ada AD/ART, udah ada program kerja yang jelas, dll. Sampe puncaknya, dia yang membuat FUSEC UNPAD yang sebelumnya adalah organisasi "kecil" di bawah Kementerian Olahraga BEM, menjadi Badan Semi Otonom (setara dengan Himpunan dan BEM). Impian dari gue dan Fredrick waktu mendirikan ini organisasi. Bahkan mungkin impian Ade semasa dia membentuk Tim Malam jauh hari sebelumnya. Great achievement from Mr. President Eko Anggoro.
Eko emang identik dengan FUSEC UNPAD, semua peran pernah di emban. Dari menjadi pemain yang berpeluh keringat di lapangan, menjadi pemimpin organisasi yang mengalami kemajuan signifikan, sampe akhirnya mengabdikan diri menjadi pelatih, saat dia memberikan kesempatan ke pemain muda. Seinget gue pun, Eko cukup lama melatih tim FUSEC, sekitar 2 tahun lebih. Meski ditengah kesibukannya, dia juga maen di tim futsal Unpad, maupun tim amatir Bandung (sering nontonin dia dan Mardo kalo lagi ada kejuaraan amatir di Jakarta. Peluang terbesar untuk menjadi pemain besar tetap ada di Esmardo. Tapi kalo gue suruh milih, Eko adalah pemain kedua terhebat di FUSEC, bahkan mungkin juga untuk tingkat UNPAD. Pernah ikut seleksi Electrik PLN, dan masuk 16 besar saat tahap seleksi. Tapi pas seleksi terakhir, gagal, karna Andri Irawan lebih memilih Amril Daulay-pemain timnas futsal Indonesia). Waktu pertamakalinya ngeliat Eko mimpin tim dari bench dan teriak-teriak ngasih instruksi, para alumni, termasuk gue, ngomongin dia. Lucu, Eko yang sangat pemalu begitu, tapi bisa teriak-teriak dan marah kalo ada yg bikin blunder. Banyak hal yang gue terlewat selama Eko "mengasah" potensinya sendiri. Dan itu berhasil, Eko menjadi orang yang punya kepribadian kuat. Emang gak salah dulu Encop ngasih dia ban kapten, atau saat pada "mendorong" Eko gantiin gue jadi Presiden FUSEC. *salute*
Sama seperti Mardo, Eko ini hidupnya selalu di-isi dengan futsal. Sangat disayangkan, dengan label "pemain futsal jago" plus jadi Presiden di salah satu Badan Semi Otonom, tapi gak pernah punya cewek. Emang ada beberapa cewek yang sering dicengin ke dia, tapi emang dasarnya gak mau ribet. Ya cuma sebatas itu doang. Sampe akhirnya dapet kabar mengejutkan, ternyata Eko jadian sama Icil. Icil ini adalah juniornya di kampus, anak futsal cewek juga (emang dasar gak mau ribet banget dah bocah). Awal mereka jadian, pesen gue ke Icil: "Cil, tolong ajarin Eko gimana caranya pacaran ya". Lah gimane, orang hidupnya melulu tentang futsal koq. Masuknya Icil membuat kehidupan Eko menjadi lebih seimbang. Ada yang merhatiin hidupnya, ada yang ingetin dia untuk Solat, ada yang ingetin dia untuk kuliah, ada yang ngajak pacaran meski mungkin cuma nonton dan makan bareng. Yang terpenting, Eko punya kehidupan dinamis yang gak membosankan. Cukup lucu ngeliat Eko yang pendiam dan pemalu gitu, tapi Icil suka sengaja manggil dia "Beibi" didepan teman-temannya, mancing biar Eko dicengin, dan seketika mukanya berubah menjadi merah. Atau disaat Eko lagi ngumpul, tiba-tiba ada telepon dari Icil, mereka ngobrol, sampe ujungnya Eko bilang sambil malu-malu.. "Iya aku juga..", "Udah ah ini malu didepan anak-anak", "Iyaaaaaa... Aku juga sayang kamuuu..", dan langsung meledeklah ketawa semua orang disekelilingnya.. "Angski", itu sebutan kesayangan Icil buat Eko..
Jumat pagi, 21 September 2012, dapet SMS dari Icil: "Pagi Bag, apa kabar? Semoga baik-baik aja ya sekeluarga sama Kak Dewa dan Adia. Icil mau ngabarin, Eko udah sebulan terakhir punggungnya sakit, kena penyempitan syaraf tulang belakang. Udah seminggu kakinya gak bisa digerakin, bangun aja susah dari kasur. Mohon doanya buat kesembuhan Eko ya Bag". Gue langsung panik. Karna seinget gue waktu pelajaran biologi, bagian tubuh yang paling rawan itu adalah otak dan tulang belakang, karna itu adalah pusat syaraf. Pernah gak denger anekdot "Kalo jatuh jangan pantat duluan"? Karna pantat itu langsung nyambung ke syaraf tulang belakang, dan bisa merusak sistem syaraf tubuh kalo kena. Saat itu juga, langsung agendain besoknya ke Cilegon untuk liat keadaannya.
Sabtu pagi, 22 September 2012, karna mendadak, gak semua temen yg gue ajak bisa ngejenguk Eko. Jadilah kesana pergi bareng Ade, Dewa-Adia. Dengan coach Yamin langsung ketemuan di Cilegon. Nyampe rumah, disambut dengan Icil dan kedua orangtua Eko. Miris. Eko yang biasa gue liat adalah anak yang enerjik, cuma terbaring di kasur. Kakinya gak bisa digerakin. Pas gue becandain, "Ah ngehe, boong lu, coba gerakin kaki, angkat". Dia cuma bilang "Ini udah gue gerakin Gol". Yang terlihat, cuma jempol kaki kanan yang goyang. Itupun hanya sekedar goyang. Gue pribadi, gak pernah tau ada sakit kayak begini. Kalo denger cerita Eko, diagnosa dokter adalah syaraf tulang belakangnya terjepit. Bisa jadi karna benturan. Dia pun gak tau benturan pas kapan, "Kan gue sering latian Gol, jadi kayaknya sih akumulasi", katanya. Cukup logis, karna kalo levelnya udah tim amatir, pasti latian lebih berat. Ade ngasih alternatif segala macem biar Eko bisa sembuh. Yamin apalagi, sampe ngasih nomer telpon alternatif waktu mertuanya juga kena syaraf kejepit kayak gitu. Gue gak bisa ngasih saran apa-apa, cuma bisa bikin Eko ketawa doang. Ya, cuma itu yang bisa gue lakukan, karna emang gak ngerti apa-apa, dan terlalu takut untuk ngeliat kenyataan ini. Saat itu sakitnya udah taraf semua dikerjain di tempat tidur. Makan, minum, buang air, sampe Solat disitu aja. Wong ubah posisi tidur aja sakit. Dia sempet cerita: "Gila, hampir gue nyusul Mardo, sempet sama sekali gak bisa napas, sesaaakk banget. Untung langsung dibawa cepet ke Rumah Sakit dan dikasih tabung oksigen, kalo enggah mah lewat tuh". Sampe gue-Ade bilang, beli aja udah tabung oksigen, kali aja nanti berulang kayak gitu lagi. Eko bilang "Enggaklah, gak usah, repot nanti malah". Sakitpun dia gak mau ngerepotin orangtua-nya. Bahkan pas dia cerita kalo pipis pake kateter, dia ngomongnya pelan-pelan. Kayak gak mau Icil denger biar gak terlalu khawatir sama sakitnya ini. Sekali lagi, gue bingung mau ngomong apa, ngasih saran apa. Akhirnya gue panggil Adia untuk maen sama Eko, ngelitikin kakinya, makan bareng buah anggur, sampe akhirnya kami pamit, Adia nyium pipi kiri Eko, terus ngelus rambutnya bilang "Ayaaanngg"..
Setelah gue banyak ngetweet hashtag #PrayForEko, banyak temen yang cerita pengalamannya tentang terjepitnya syaraf tulang belakang ini. Kebanyakan sembuh. Ada salah satu sohib, Dion, yg pernah kena juga, dan gue minta PIN BBnya biar bisa sharing ke Eko harus gimana. Dan somehow, si pendiam dan pemalu ini nge-invite BB Dion, untuk ngobrol. Dari situ gue ngeliat, kalo Eko gak nyerah dengan penyakitnya, dan emang pengen sembuh. "Gue maen sama tim alumni entar yak pas lagi sparring sama FUSEC buat persiapan FEUI Cup 2013", katanya. Seperti gue bilang diatas, kebanyakan sembuh. Jadi ada kasus yang penderitanya gak bisa sembuh total. Antara lumpuh seluruh badan, atau, amit-amit, meninggal.
Sejak jenguk, gue terus mendorong anak-anak buat ke Cilegon juga. Sempet SMS ke Mamo: "Mo, buruan jenguk Eko. Kalo gue, temen sakit parah begini, pengen secepatnya jenguk. Antara nanti keburu sembuh atau, amit-amit, keburu gak ada". Tapi selama 2 kali weekend, somehow Eko gak bisa dijenguk. Soalnya lagi penyembuhan dan pindah-pindah, Serpong, Serang dll. Beberapa temen yang udah patungan buat bantu biaya pengobatan pun uangnya masih belom sempet gue kasih, karna emang Eko gak bisa ditemuin. Sabtu, 13 Oktober, dapet kabar dari Icil, kalo hari itu Eko udah ada di Cilegon, jadi udah pada bisa jenguk. Dan banyak teman yang emang udah janjian hari Sabtu mau jenguk Eko. Lega juga, akhirnya bisa nitip uang patungan untuk diserahin.
Jumat 12 Oktober sekitar jam 20.30an, HP gue bunyi, tanda ada panggilan masuk dari nomer gak dikenal. Lagi dipegang Dewa, diangkat. "Yaaa.. Halooo.. Ini siapa?? HAAAHH... ICIIILL.. KENAPAAA??!!", Dewa ngomong begitu. Langsung HP dikasih ke gue.. "Ya Cil??". Dari sebrang sana, gue denger Icil lagi nangis tersunguk, dan ngomong "Bagoooll.. Ekooo.. Udaaahh.. Gaakk.. Adaaa..".
Saat itu, gue cuma bengong, dan mengeluarkan pertanyaan bodoh: "Serius Cil? Innalilahi..". Kenapa gue bilang bodoh? Kalo Icil udah nangis begitu, masa' dia boong??!! (Maaf ya Cil, cuma ekspresi kaget aja). "Iya, tadi Icil ditelpon sama adeknya, ini Icil lagi on the way ke Cilegon". "Oke Cil, elo tenang dulu, gue coba make sure lagi".
Nelpon ke nomernya Eko, diangkat dengan suara persis mirip Eko disebrang sama.. Langsung gue tanya: "Ko, elo gak papa kan??". "Saya bukan Eko Bang, saya Diyo adiknya". Mulai gak beres. "Sorry Diyo, apa berita yang gue denger itu bener??", "Iya, bener". Jujur, gue udah prepare for the worst saat liat kondisi Eko. But somehow, saat kabar ini nyampe di telinga, tetep kaget dan shock. Baru setahun Mardo pergi, sekarang disusul Eko. Eko Anggoro telah kembali ke Rahmatullah. Innalilahi wainnalilahi rojiun..
Teman yang laen juga shock denger berita ini. Mereka sedih, kalo mereka terlambat untuk menjenguk Eko. Sehingga agenda yang awalnya pengen jenguk dan nyemangatin, berubah jadi ngelayat. Mamo sampe bilang: "Kejadian bener Gol SMS dari elo, nyesel gue waktu itu gak ikut". Banyak rombongan dari Bandung langsung berangkat malam itu juga ke Cilegon. Bukti bahwa Eko bukan "orang biasa" di mata mereka.
Nyampe rumah duka, masih sempet ngeliat wajah Eko untuk terakhir kali sebelum ditutup sama kain. Wajah yang masih bisa ketawa dan bercanda, di tempat yg sama 3 minggu sebelumnya. Wajah yang gak pernah sekalipun terlihat marah. Wajah yang selalu memberikan kenyamanan kalo ada dideketnya. Sempet ngobrol sebentar sama Ibunya. Beliau cerita, dalam seminggu terakhir, Eko mengalami perkembangan signifikan. Udah berani duduk dari tempat tidur. Jumat sore pun masih ngobrol-ngobrol biasa, tidak ada tanda apapun. Sampe akhirnya setelah Magrib, Eko mukanya terlihat bersih, Ibunya sampe ngelus dan bilang "Cakapnya anak Ibu ini, cepet sembuh ya Nak". Eko cuma tersenyum, dan beberapa saat kemudian, Eko terjatuh dari posisi duduknya, ditangkep badannya oleh Ibunda. Saat itu juga Ibunya tau, kalo Eko udah gak ada..
Yang anter jenazah dari rumah ke Masjid, banyak. Yang Solatin, banyak. Bahkan yang dateng ke pemakaman juga banyak. Jadi inget ucapan salah seorang temen di twitter: "Saat lahir, semua orang tersenyum bahagia dan kita menangis sendirian. Saat meninggal nanti, semua orang menangis sedih dan gue tersenyum sendirian diatas sana". Ungkapan yang sangat dalam maknanya. Dan gue pikir udah terjadi sama Eko, kami disini sedih kehilangan, tapi pasti disana dia melihat ini semua dan tersenyum. Tersenyum karna dia telah melakukan banyak hal baik di dunia.
Kalo inget Eko, gue bakal inget hal ini:
1. Saingan Pengoleksi Tabloid Bola.
Ke kamar kosannya, Tabloid Bola rapi banget berjejer berdasarkan nomer terbitnya, ditumpukan kardusnya. Dari kuliah sampe kemaren, kalo lagi gak sempet beli Bola, pasti dia orang pertama yg gue tanya tentang jadwal sepakbola di tivi. Sayang banget gak sealiran dalam dukungan, dia pendukung tim butut. Manchester United. Yang gelarnya di Liga Inggris baru 19. Butut banget.
2. Baju-Celana Gombrong.
Waktu jamannya friendster, nama akunnya itu Eko Dogg, memperlihatkan kalo dia mengidolakan Snoop Dogg. Pecinta hiphop, sampe kebawa di penampilan. Celana gombrong (mau panjang atau pendek), baju juga yang longgar. Gak keliatan dan kalo dia anak bola. Pasti kebanyakan orang mikir Eko itu anak basket. Bahkan kalo kaostim celananya pendek, dia turunin sendiri loh, sampe selutut. Untung baju dikeluarin, kalo kagak kancut itu kemana-kemana, Ecchhooooooo...
3. Ucapan "saya".
Formal banget. Tapi emang begitulah dia. Sampe kemaren jenguk pun, masih ngomong pake kata "saya" instead of "gue", "urang", atau "aing". Seenggaknya "aku" kek, biar rada romantis gitu. Gini nih kalo nongkrongnya di kelurahan mulu.
4. Cadok Lala.
Pemain FUSEC di FEUI Cup 2005 dan FEUI Cup 2006 pasti tau siapa Lala. Ucapan yang paling fenomenal dari Eko adalah "xxxx, xxxx, (nama disamarkan) telpon Lala lagi dong, saya yang bayarin deh pulsanya..". *tampar dada Eko pake punggung tangan* *gaya pemain smackdown*
5. "De, koq saya terus sih yang diajak, Bagol juga dong", kata Eko pas FEUI Cup 2005 saat Ade lagi narik-narikin yang Muslim biar pada Solat. Dulu Eko 11-12 sama gue, sering banget kelewat Solat 5 waktu. Tapi somehow, gak tau sejak kapan, dia tiba-tiba rajin banget Solat. Siaul gak ngajak-ngajak kalo mau tobat dah ini anak. "AH ELU DIAJAK JUGA TETEP GAK MAU!!" -->> Kata sebagian besar orang. Selow ah. *ngacir*
6. Pernah Sekali Liat Eko Marah.
Setelah gue inget-inget, pernah deng dia marah nih. Kejadiannya pas FE UI Cup 2006, perempat final lawan FEUI. Emang panas banget itu pertandingannya. Ada satu momen, saat di sudut, Eko ngelindungin bola biar goal kick, eh tapi malah ditabrak sama salah satu pemain lawan yg badannya gede, dan melengos begitu aja itu orang. Abis Eko jatoh, tiba-tiba dia langsung berdiri sangat cepet kayak mau nantangin berantem, pas itu orang balik badan, eh Eko malah nunduk. HAHAHAHAHAHA. Itu caught on tape, lucu banget liatnya. Ngehe lu Ko ah.
Sekarang Eko udah gak ada, masih banyak hal yang pasti gue kangenin dari dia. Bagaimana permainan dia pas lagi maen futsal/sepakbola, bagaimana cara dia kalo lagi ketawa ngakak, bagaimana muka dia merah kalo lagi malu, bagaimana dia gak pernah ngeluh sama situasi yang lagi dialami. He's such a great Guy for me. A role model to how being nice with other people.
Alm Esmardo dan Alm Eko itu hampir sekitar 6 tahun setim futsal bareng. Mulai dari FUSEC, USBU, maupun tim-tim amatir di Bandung. 2 pemain hebat. Patokan? Saat Esmardo meninggal, koran nasional meliput pemberitaannya, bahkan elemen futsal tanah air macam Justin Lhaksana, Andri Irawan, dan hampir seluruh pemain futsal pro mengungkaplan belasungkawa. Saat Eko meninggal, bahkan seluruh dunia mengetahuinya, pemberitaan Homeless WorldCup di Mexico yang saat Indonesia melawan Rep Ceko pada mengenakan pita hitam. Bonsu, sang kapten pun mempersembahkan gol saltonya untuk menghormati Eko.
Kebayang gak penyambutan apa yang dilakukan Esmardo ke Eko di hari pertama mereka ketemu di alam sana? Feeling gue sih, Mardo bakal nyapian sepatu futsal terbagus yang pernah ada, ngasih kaos tim bernomer punggung 2 (yang tentu saja gombrong), terus ngomong: "Yuk Ko, maen futsal lagi, kangen gue satu tim sama elo..".
"Dear Esmardo and Eko, promise me, we will play Futsal again someday, right??! Sleep tight boys and wait for me will ya?!!" - Ismiranda Lubis
Rest In Peace Eko Anggoro..
Selasa, 09 Oktober 2012
101010-101012
10 Oktober 2010.
Hari yang mungkin sangat berpengaruh buat hidup gue..
Tepat setelah Adzan Dzuhur, pukul 11.57, Kei Radhiyya Akbar hadir di dunia ini..
Gue emang dari dulu niat punya anak di umur 25 tahun, tapi tetep gak nyangka semua bisa terjadi..
Memiliki seorang anak. Perempuan.
Punya ponakan, tapi gak pernah berani gendong pas lehernya masih belom tegak.
Somehow, liat Adia, keberanian gendong bayi baru lahir, langsung ada.
Hari itu juga, belajar sama suster cara mandiin, dll.
Hari itu juga, mulai punya tanggung jawab baru dalam hidup. Ngurus anak.
Dari kecil, gue gak pernah punya peliharaan.. Mainan sih banyak..
Tapi kan robot-robotan atau videogame gak perlu dikasih makan-minum..
Terlebih dibersihin kotorannya..
Tiba-tiba langsung punya tanggung jawab. Gak tanggung-tanggung. Ngurus anak.
Semua gue lakuin buat Adia sejak dia lahir.. Sebulan pertama adalah masa-masa terberat..
Ngejemur..
Mandiin..
Ganti diapers..
Bersihin kotoran..
Ngasih ASIP baik nyendokin maupun ngedotin..
Begadang..
Siklus tidur berantakan..
Gue nulis gini bukan buat sombong atau apa..
Cuma mau ngasih liat, disaat udah jadi Ayah, banyak yg harus dikorbankan demi anak..
Setelah sebulan, siklus udah mulai stabil..
Adia udah tau kapan siang yg harus bangun, kapan malem yang harus tidur..
Berenti disitu?
Enggak.
Sebagian besar kegiatan diatas masih gue lakuin..
Ditambah nyuapin..
Bersihin eek-nya yang udah berbau..
Kadang BAB pas lagi mandi, ngotorin bak maupun lantai..
Adia malah ketawa..
Fokus jagain disaat lagi seneng-senengnya masukin barang ke mulut..
Mata ngantuk tapi gak lepas saat udah bisa guling-gulingan di kasur..
Punggung tiap malem kayak mau patah pegangin tangannya yang lagi belajar jalan..
Keringet bercucuran, napas senin-kamis kalo udah diajak lari-larian..
Tetep ajak ngobrol dan main meski sebenernya badan lelah abis kerja..
Ajak nyanyi lagu riang gembira walau lagi bete oleh masalah lain..
Ikut bangun di tengah malem kalo tiba-tiba Adia mimpi buruk atau sekedar mau minum air putih..
Sekali lagi, enggak, bukan mau ria, cuma mau ngasih liat cara gue ngurus Adia..
10 Oktober 2012.
Tadi pagi pun, Adia masih nenen sama Dewa..
Kalo kata orang-orang, mereka udah lulus ASI dan bergelar S3..
Makasih buat Dewa yg udah berkorban banyak..
Puting lecet..
Tetek bengkak..
Badan secapek apapun, tetep nyusuin..
Udah kerjapun masih rajin mompa di kantor..
Sekarang udah gak mompa, tapi Adia belom berenti netek..
Terutama kalo lagi rewel (sakit, atau serangan mood lainnya) maupun sebelum tidur..
Gue iri sama Dewa??
JELAS.
Karna saat nyusuin, somehow mereka seperti "terikat" satu sama lain..
Ngurus Adia-pun juga ingin mengejar ketertinggalan yang udah mereka bangun sejak dikandungan..
Mengejar ketertinggalan "terikat satu sama lain" yang gue sebut diatas..
Tanggung-jawab gak berenti disaat Adia menginjak umur 2 tahun..
Masih banyak tahun-tahun berikutnya..
Seenggaknya sampai saat dia menikah..
Yang... Kalopun sekarang dibayangkan.. Sedihnya minta ampun pasti saat Adia menikah..
Sampai saat itu tiba, gue akan mengerahkan semua yang dimiliki, buat satu tujuan..
Adia (dan nanti adik-adiknya) bisa bahagia di dunia ini..
Mereka bisa nikmatin, sebagaimana Ayah-Ibunya memandang hidup yang indah..
Childrens, LIFE IS BEAUTIFUL..
"Untuk itu semua, Ayah gak minta balasan apapun dari kamu. Selamat ulang taun yang kedua, Kei Radhiyya Akbar!! Terus tersenyum, terus ketawa, just enjoy your life ya anakku.. I'll be by your side, whatever the situation.. Love you Girl.."
Hari yang mungkin sangat berpengaruh buat hidup gue..
Tepat setelah Adzan Dzuhur, pukul 11.57, Kei Radhiyya Akbar hadir di dunia ini..
Gue emang dari dulu niat punya anak di umur 25 tahun, tapi tetep gak nyangka semua bisa terjadi..
Memiliki seorang anak. Perempuan.
Punya ponakan, tapi gak pernah berani gendong pas lehernya masih belom tegak.
Somehow, liat Adia, keberanian gendong bayi baru lahir, langsung ada.
Hari itu juga, belajar sama suster cara mandiin, dll.
Hari itu juga, mulai punya tanggung jawab baru dalam hidup. Ngurus anak.
Dari kecil, gue gak pernah punya peliharaan.. Mainan sih banyak..
Tapi kan robot-robotan atau videogame gak perlu dikasih makan-minum..
Terlebih dibersihin kotorannya..
Tiba-tiba langsung punya tanggung jawab. Gak tanggung-tanggung. Ngurus anak.
Semua gue lakuin buat Adia sejak dia lahir.. Sebulan pertama adalah masa-masa terberat..
Ngejemur..
Mandiin..
Ganti diapers..
Bersihin kotoran..
Ngasih ASIP baik nyendokin maupun ngedotin..
Begadang..
Siklus tidur berantakan..
Gue nulis gini bukan buat sombong atau apa..
Cuma mau ngasih liat, disaat udah jadi Ayah, banyak yg harus dikorbankan demi anak..
Setelah sebulan, siklus udah mulai stabil..
Adia udah tau kapan siang yg harus bangun, kapan malem yang harus tidur..
Berenti disitu?
Enggak.
Sebagian besar kegiatan diatas masih gue lakuin..
Ditambah nyuapin..
Bersihin eek-nya yang udah berbau..
Kadang BAB pas lagi mandi, ngotorin bak maupun lantai..
Adia malah ketawa..
Fokus jagain disaat lagi seneng-senengnya masukin barang ke mulut..
Mata ngantuk tapi gak lepas saat udah bisa guling-gulingan di kasur..
Punggung tiap malem kayak mau patah pegangin tangannya yang lagi belajar jalan..
Keringet bercucuran, napas senin-kamis kalo udah diajak lari-larian..
Tetep ajak ngobrol dan main meski sebenernya badan lelah abis kerja..
Ajak nyanyi lagu riang gembira walau lagi bete oleh masalah lain..
Ikut bangun di tengah malem kalo tiba-tiba Adia mimpi buruk atau sekedar mau minum air putih..
Sekali lagi, enggak, bukan mau ria, cuma mau ngasih liat cara gue ngurus Adia..
10 Oktober 2012.
Tadi pagi pun, Adia masih nenen sama Dewa..
Kalo kata orang-orang, mereka udah lulus ASI dan bergelar S3..
Makasih buat Dewa yg udah berkorban banyak..
Puting lecet..
Tetek bengkak..
Badan secapek apapun, tetep nyusuin..
Udah kerjapun masih rajin mompa di kantor..
Sekarang udah gak mompa, tapi Adia belom berenti netek..
Terutama kalo lagi rewel (sakit, atau serangan mood lainnya) maupun sebelum tidur..
Gue iri sama Dewa??
JELAS.
Karna saat nyusuin, somehow mereka seperti "terikat" satu sama lain..
Ngurus Adia-pun juga ingin mengejar ketertinggalan yang udah mereka bangun sejak dikandungan..
Mengejar ketertinggalan "terikat satu sama lain" yang gue sebut diatas..
Tanggung-jawab gak berenti disaat Adia menginjak umur 2 tahun..
Masih banyak tahun-tahun berikutnya..
Seenggaknya sampai saat dia menikah..
Yang... Kalopun sekarang dibayangkan.. Sedihnya minta ampun pasti saat Adia menikah..
Sampai saat itu tiba, gue akan mengerahkan semua yang dimiliki, buat satu tujuan..
Adia (dan nanti adik-adiknya) bisa bahagia di dunia ini..
Mereka bisa nikmatin, sebagaimana Ayah-Ibunya memandang hidup yang indah..
Childrens, LIFE IS BEAUTIFUL..
"Untuk itu semua, Ayah gak minta balasan apapun dari kamu. Selamat ulang taun yang kedua, Kei Radhiyya Akbar!! Terus tersenyum, terus ketawa, just enjoy your life ya anakku.. I'll be by your side, whatever the situation.. Love you Girl.."
My-lovely-2-years-old-footbal-daughter |
Kamis, 04 Oktober 2012
3 Hal Yg Harus Dilakukan Sebelum Anak 2 Tahun
Minggu depan, tepat tanggal 10-10-12, Kei Radhiyya Akbar tepat berumur 2 tahun. Gak kerasa bener waktu cepat berjalan. Kalo dulu cerita-cerita sama Ayah, beliau bilang juga gak kerasa banget kalo gedein anak. Awalnya nangis doang, ngerangkak, jalan pertamakali, sekolah, remaja, sampe akhirnya menikah, itu bener-bener waktu berjalan sangat cepat. "Ya nanti kamu pas gedein anak pasti juga begitu", katanya.
Emang bener sih, kayaknya baru kemaren Adia nangis keluar dari badannya Dewa bermandikan air ketuban yg hangat... Eh sekarang udah bisa nyanyi sembari bermandikan air keran yang dingin.. *susah bener nyambunginnya ini kalimat, jadinya maksa*
Buat temen yg anaknya belom 2 taun, mau sharing pengalaman aja nih, apa yg harus dilakuin, mumpung anak kamu masih baduta.. Aka BAwah DUa Taun.. *another maksa thing*
1. Ngurusin.
Banyak banget blog gue yg isinya "ngurusin anak" yak??Hahaha. Bosen-bosen dah luh. Tapi untuk kasus ini, lebih menyorot ke "kapan lagi"nya. Seperti yg udah dibilang, kalo waktu akan cepat berlalu. Tanya sama Ibu-Ibu yg menyusui coba, mereka pasti pengen banget balik, ke masa dimana mereka masih nyusuin (anak loh ya, bukan suami). Karna ada semacem chemistry yg terbangun saat itu. Gue gak bisa nyusuin, tapi kangen masa-masa Adia tiduran di paha dan didotin. Atau pas mau bobo, gue dotin sampe perlahan-lahan matanya merem, tidur. What a feeling banget saat itu. Sama aja untuk hal lainnya "ngurusin" lainnya. Diumur yg mau 2 taun, banyak yg mau Adia lakuin sendiri. Kalo berkaca darinya, dia udah minta mandi sendiri (guyur-sabunan) dan makan gak mau disuapin. Mungkin emang udah waktunya kali ya. Masa-masa sekarang ini gue manfaatkan banget, kalo dia masih mau dimandiin atau disuapin, dengan senang hati akan melayani. Takut suatu saat Adia bener-bener semua udah bisa dilakuin sendiri, dan fungsi sebagai Ayah pelan-pelan terkikis. Kalo emang begitu, ya bagus sebenernya dia cepet mandiri, tapi somehow, dalam hati ini selalu kepikiran.. "Gak kerasa nih besok Adia tiba-tiba udah nikah, dan 'lepas' dari gue". Seperti anekdot yang sangat terkenal.. Always Be a Dad's Little Girl.. *mudah-mudahan gak salah kata-katanya*
2. Ajak Main, Ajak Ngobrol, Ajak Ketawa.
Ini mah gampang banget. Sempet baca artikel, kalo otak anak itu mulai terbentuk dengan baik sampe umur 2 tahun. Jadi input apapun yg masuk dalam rentang umur 0-2 tahun itu, bakal sangat berbekas. Elo mau punya anak Soleh/Solehah? Rajin ajak anak ngaji atau solat, karna bakal terpatri di otaknya hal tersebut. Mau punya anak ngelawan, pemarah? Rajin aja bertengkar sama suami/istri didepannya, niscaya akan diikutin. Hal yg gue lakuin sama Adia? Ajak main. Main banyak yg bisa dilakuin, mulai dari cuma loncat-loncatan di kasur, kuda-kuda-an dia naik ke punggung, sampe main yg dilakuin diluar rumah kayak berenang atau ngabisin waktu di playground (tentunya yg melibatkan badan biar dia bisa bergerak, capek, bobo cepet, jadi ada waktu suami-istri malemnya. Oooohhh.. Jadi ini alasannyaaaa??!! #taelah). Ajak ngobrol. Meski jawabnya belom bener dan kadang asbun (asal bunyi), gue gak pernah bosen ngobrol sama Adia. Di artikel yg sama, kalo mau punya anak bisa beberapa bahasa, ajarinnya justru saat dibawah 2 taun, dengan sering ngobrol dan bikin kosakata baru. Mau anak bisa ngobrol bahasa Inggris? Ajakin ngobrol bahasa Inggris saat umur dibawah 2 taun. Kalo elo nanya, gue-Dewa gak ngasih Adia bahasa Inggris dari kecil. Kami berpikir semua ada waktunya, dan terlalu kasian kalo dibebankan hal tersebut dimasa yg harusnya dia cukup ngerti apa yg dikatakan Ayah-Ibu, kakek-nenek dan sodara lainnya (aaahh.. bilang aje Ayahnya gak bisa bahasa Inggris!! --->> Pada gemes bgt mau ngomong ini pasti yak..Hahaha..-->>Ketawa nyebelin). Intinya dari ajak main dan ngobrol, kami mau bikin Adia ketawa. Itu yang mau gue tanamkan ke dia sedari kecil. Kalo ternyata hal-hal kecil itu ternyata bisa bikin ketawa, sebagaimana Ayah-Ibu-nya yg emang terkenal hobi banget ketawa. Pelajaran agama, pelajaran bahasa, semua ada waktunya sendiri. Kalo ketawa adalah lambang dari kebahagiaan, gue pengen Adia sampe umur 2 taun, dapet pelajaran bahagia. Mudah, dengan mengajak selalu ketawa. Sehingga dia akan berpikir, kalo hidup ini seru dan menyenangkan.
3. Traveling.
Banyak yg bilang, "ngapain ajak anak traveling? Wong belom ngerti apa-apa..". Harusnya ini langsung nyambung ke artikel yg gue baca diatas. Kalo otak anak itu terbentuk dengan baik di umur dibawah 2 taun. Gue sering ajak ngobrol Adia, dia kadang suka jawabnya asbun, emang dia gak ngerti arti kata-kata tersebut awalnya, tapi justru dimasa itu dia sedang berusaha berucap dengan benar, dari kosakata-kosakata yg sering Ayah-Ibunya lontarkan saat ngobrol. Sama kayak waktu traveling, saat itu akan teringat dengan jelas, saat dia lagi maen dipasir bersusah-payah berdiri nahan ombak laut, saat dia merasakan perbedaan cuaca yg signifikan, atau gampangnya, saat dia naik kendaraan yg gak biasa dinaekin semacam kereta api atau pesawat terbang. Kami yakin itu akan menambah pengetahuan Adia dan semakin membuka wawasan dia akan dunia yg makin luas. Yang lebih penting dari semua itu diatas... Hhhhmmm... Gimana ngomongnya yaaa.. Hhhmm... Yang terpenting ituuuu... UMUR 2 TAHUN UDAH MASUK HARGA NORMAL KALO NAEK PESAWAAAATTTT!!! *Ayah Padang*. Eh, tapi emang bener, kemarin-kemarin lagi hunting tiket buat traveling taun depan, umur 2 taun udah diitung normal kayak biasa. Jadi kalo pergi gue-Dewa-Adia, harga gue dan Dewa dengan harga Adia udah samaaaaa... *stres*. Kalo umur dibawah 2 taun, emang masih bayar, gak mahal. Tapi kayaknya lewat 2 taun udah dapet bangku sendiri. Alhamdulillah sebelum Adia 2 taun sempet merasakan nikmatnya harga "infant" di pesawat. Minggu depan, udah masuk ke "child". Bye bye traveling taun depan.. *menunduk lesu* *liat isi dompet*
Ini cuma sharing pengalaman. Mungkin banyak yg berpendapat beda, atau mengalami situasi yg berbeda juga, jadi gak begitu masuk tulisan ini. Gak pape, itu mah terserah aja, semua punya pilihan dan jalan masing-masing. Tapi 3 hal yg itu gue pikir udah sangat menyeluruh koq mengenai hal yg harus dilakuin saat anak dibawah umur 2 tahun.
Selanjutnya, nanti tiba-tiba gak kerasa Adia nikah dan tidur beralaskan kasur bersama lelaki lain?? Yang tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya??!! OH NOOOOO..!!! *Ayah Posesif Lebay*
"There is a garden in every childhood, an enchanted place where colors are brighter, the air softer, and the morning more fragrant than ever again."
~Elizabeth Lawrence
Emang bener sih, kayaknya baru kemaren Adia nangis keluar dari badannya Dewa bermandikan air ketuban yg hangat... Eh sekarang udah bisa nyanyi sembari bermandikan air keran yang dingin.. *susah bener nyambunginnya ini kalimat, jadinya maksa*
Buat temen yg anaknya belom 2 taun, mau sharing pengalaman aja nih, apa yg harus dilakuin, mumpung anak kamu masih baduta.. Aka BAwah DUa Taun.. *another maksa thing*
1. Ngurusin.
Banyak banget blog gue yg isinya "ngurusin anak" yak??
2. Ajak Main, Ajak Ngobrol, Ajak Ketawa.
Ini mah gampang banget. Sempet baca artikel, kalo otak anak itu mulai terbentuk dengan baik sampe umur 2 tahun. Jadi input apapun yg masuk dalam rentang umur 0-2 tahun itu, bakal sangat berbekas. Elo mau punya anak Soleh/Solehah? Rajin ajak anak ngaji atau solat, karna bakal terpatri di otaknya hal tersebut. Mau punya anak ngelawan, pemarah? Rajin aja bertengkar sama suami/istri didepannya, niscaya akan diikutin. Hal yg gue lakuin sama Adia? Ajak main. Main banyak yg bisa dilakuin, mulai dari cuma loncat-loncatan di kasur, kuda-kuda-an dia naik ke punggung, sampe main yg dilakuin diluar rumah kayak berenang atau ngabisin waktu di playground (tentunya yg melibatkan badan biar dia bisa bergerak, capek, bobo cepet, jadi ada waktu suami-istri malemnya. Oooohhh.. Jadi ini alasannyaaaa??!! #taelah). Ajak ngobrol. Meski jawabnya belom bener dan kadang asbun (asal bunyi), gue gak pernah bosen ngobrol sama Adia. Di artikel yg sama, kalo mau punya anak bisa beberapa bahasa, ajarinnya justru saat dibawah 2 taun, dengan sering ngobrol dan bikin kosakata baru. Mau anak bisa ngobrol bahasa Inggris? Ajakin ngobrol bahasa Inggris saat umur dibawah 2 taun. Kalo elo nanya, gue-Dewa gak ngasih Adia bahasa Inggris dari kecil. Kami berpikir semua ada waktunya, dan terlalu kasian kalo dibebankan hal tersebut dimasa yg harusnya dia cukup ngerti apa yg dikatakan Ayah-Ibu, kakek-nenek dan sodara lainnya (aaahh.. bilang aje Ayahnya gak bisa bahasa Inggris!! --->> Pada gemes bgt mau ngomong ini pasti yak..
3. Traveling.
Banyak yg bilang, "ngapain ajak anak traveling? Wong belom ngerti apa-apa..". Harusnya ini langsung nyambung ke artikel yg gue baca diatas. Kalo otak anak itu terbentuk dengan baik di umur dibawah 2 taun. Gue sering ajak ngobrol Adia, dia kadang suka jawabnya asbun, emang dia gak ngerti arti kata-kata tersebut awalnya, tapi justru dimasa itu dia sedang berusaha berucap dengan benar, dari kosakata-kosakata yg sering Ayah-Ibunya lontarkan saat ngobrol. Sama kayak waktu traveling, saat itu akan teringat dengan jelas, saat dia lagi maen dipasir bersusah-payah berdiri nahan ombak laut, saat dia merasakan perbedaan cuaca yg signifikan, atau gampangnya, saat dia naik kendaraan yg gak biasa dinaekin semacam kereta api atau pesawat terbang. Kami yakin itu akan menambah pengetahuan Adia dan semakin membuka wawasan dia akan dunia yg makin luas. Yang lebih penting dari semua itu diatas... Hhhhmmm... Gimana ngomongnya yaaa.. Hhhmm... Yang terpenting ituuuu... UMUR 2 TAHUN UDAH MASUK HARGA NORMAL KALO NAEK PESAWAAAATTTT!!! *Ayah Padang*. Eh, tapi emang bener, kemarin-kemarin lagi hunting tiket buat traveling taun depan, umur 2 taun udah diitung normal kayak biasa. Jadi kalo pergi gue-Dewa-Adia, harga gue dan Dewa dengan harga Adia udah samaaaaa... *stres*. Kalo umur dibawah 2 taun, emang masih bayar, gak mahal. Tapi kayaknya lewat 2 taun udah dapet bangku sendiri. Alhamdulillah sebelum Adia 2 taun sempet merasakan nikmatnya harga "infant" di pesawat. Minggu depan, udah masuk ke "child". Bye bye traveling taun depan.. *menunduk lesu* *liat isi dompet*
Ini cuma sharing pengalaman. Mungkin banyak yg berpendapat beda, atau mengalami situasi yg berbeda juga, jadi gak begitu masuk tulisan ini. Gak pape, itu mah terserah aja, semua punya pilihan dan jalan masing-masing. Tapi 3 hal yg itu gue pikir udah sangat menyeluruh koq mengenai hal yg harus dilakuin saat anak dibawah umur 2 tahun.
Before. Tidur Beralaskan Perlak. Usia: 3 hari. |
After. Tidur Beralaskan Lantai. Umur: 23 bulan. |
"There is a garden in every childhood, an enchanted place where colors are brighter, the air softer, and the morning more fragrant than ever again."
~Elizabeth Lawrence
Langganan:
Postingan (Atom)