Sea Games 2011 (Sepakbola dan Futsal)

Sea Games 2011 Indonesia baru aja beres kemaren, Closing Ceremony yg keren (gak mau kalah sama Openingnya, tau dah tuh duit darimane). Keren bukan hanya dari segi acaranya, tapi karna Indonesia menjadi Juara Umum di pergelaran akbar tersebut. Sebenernya sih udah ketebak ya, semua tuan tumah ajang multievent kayak begini itu banyak tuan rumah diuntungkan (bahkan sampai tingkat Olimpiade), karna banyak bgt cabang olah-raga yg penilaiannya berdasarkan penjurian, bukan sistem skor seperti bulutangkis, voli, dll. Yg paling keliatan bgt adalah Pencak Silat. Indonesia bisa ngerebut emas lewat Dian Kristanto. Dengan cara memalukan, gigit lawan, kabur, berlindung depan wasit. Oke kalo emang buat mempertahankan poin, tapi outputnya adalah kecaman dari masyarakat, apalagi dari Thailand yg jadi lawannya. Memalukan. Itulah yg gue bilang, kenapa tuan rumah selalu diuntungkan kalo multievent.

Kenapa gue lebih mau bahas Sepakbola dan Futsal, karna di 2 olahraga ini gue lumayan ngerti. Silat itu cuma hasil baca2 aja, mungkin emang bener begitu cara mempertahankan poin (mungkin kalo dihubungkan dgn sepakbola, itu adalah strategi pragmatis ala Mourinho yg bertahan total buat mempertahankan keunggulan), jadi gak mau bahas silat.

1. Sepakbola
Cabang ini bisa dibilang merupakan cabang favorit masyarakat Indonesia, meski sejak tahun 2001 diberlakukan tim U-23 yg dikirim ke Sepakbola, bukan tim nasional senior. Masyarakat gak peduli siapa yg maen (gue rasa kemaren juga orang kenalnya cuma Tibo aja. Ya Oktolah juga kenal), asalkan itu cabang sepakbola, pasti akan sangat antusias (kebayang kalo sempet nonton 1 pertandingan di GBK, pasti penonton kanan-kiri-depan-belakang pas banyak yg komen "Siapa tuh no sekian", "Itu siapa yg diganti", dll). Pas undian, Indonesia masuk grup neraka, ada Malaysia-Thailand-Singapura yg notabene timnas senior menyulitkan Indonesia di ajang lain. Secara pribadi, gue sedikit pesimis sama tim U-23 ini, kalo ngeliat dari berbagai laga ujicoba. Ditambah dicoretnya pemain2 (yg menurut gue bagus) semisal Syamsir Alam dan Johan Juansyah. Lawan Kamboja gak usah ditanya, beda level kita sama mereka, pasti menang besar. Pas lawan Singapura, keberuntungan di pihak kita, karna Singapura malah bermain keras dan pemainnya ada yg diusir. Lawan Thailand, maen lebih keras, dan kecerobohan pemainnya membuat kita unggul 2 pemain dilapangan. 9 poin dari 3 laga awal, sama sekali diluar prediksi gue. Pertandingan ke4 cuma formalitas untuk menentukan juara grup. RD nurunin pemain lapis dua (yg gue heran, Yongki maen jelek sekali doang, tapi dicerca habis2an sama orang2 di twitter. Pada gak tau pencapaian Yongki apa selama ini, cuma nge-judge dari 1 pertandingan), bahkan Lukas Mandowen yg murni striker ditempatkan di sayap kanan (dia gak punya dribble bagus, tapi kecepatan gak ada yg ngalahin di Indonesia). Yes, RD mau istirahatin pemain2nya buat semifinal. Mudah ditebak, Malaysia nguasain permainan dan menang. Vietnam menanti di semifinal. Pertandingan ini yg gue bilang klimaks dari permainan Indonesia. Didukung oleh fisik yg telah kembali bugar, timnas U-23 memperlihatkan permainan berkelas dipertandingan ini, permainan puncak di Sea Games (yg gak pernah terlihat di fase grup). Vietnam dilibas!! Beberapa jam sebelumnya, Malaysia udah menanti di babak final. Kesempatan besar untuk bales dendam (kekalahan final AFF dan kekalahan fase grup) dari (yg katanya) musuh besar Indonesia (gue pribadi sih ngeliat Thailand sbg musuh besar di zona AFF). Gunawan sempat memunculkan asa harapan akan hadirnya emas dgn headingnya saat corner kick. Tapi anehnya, setelah itu Malaysia yg lebih menguasai permainan, organisasi permainan lebih rapi, kapan tau maen sabar, kapan harus direct langsung ke striker. Akhirnya gawang Kurnia jebol juga, saking dikurung habis2an. 1-1. Setelah skor imbang, permainan kedua tim jadi gak berkembang. Indonesia bernafsu untuk menambah gol dgn permainan individu yg sangat gak efektif (harus diakui Tibo-Wanggai-Andik-Okto punya skill individu ciamik), tapi jelas sangat menguras tenaga (Messi pun ngeluarin skill dribble-nya di Barca disaat yg dibutuhkan, bukan setiap saat seperti di Argen, yg mana dia kehabisan napas sendirian). Sedangkan Malaysia organisasi permainannya tidak serapi saat mengejar ketinggalan, 4 backfour gak ada yg berani covering nyerang, jadi selalu buntu serangannya. Ya level Asia Tenggara emang segitu doang kali ya. Akhirnya pertandingan dilanjutkan perpanjangan waktu (udah sama2 capek, percuma), dan adu penalti. Malaysia menang mental, karna punya kiper yg handal. Meski tertipu dgn tendangan Egi-Abdulrahman yg mengarah ke tengah, semua tembakan dibacanya dgn baik, bahkan tembakan Ferdinand Sinaga sbg penendang terakhir, bisa ditangkap. YES, Indonesia kalah, dan harus merelakan emas ke tangan tetangganya (yg bukan musuh besar), Malaysia.

2. Futsal
Nah, cabang ini sangat gue perhatikan karna selama 5 tahun terakhir emang ini olahraga satu2nya yg gue geluti, karna udah susah cari temen buat maen sepakbola. Jadi sedikit banyak tau tentang perkembangan futsal tanah air. Sebelum Sea Games, ada konflik kecil di Badan Futsal Nasional (udah jelas karna PSSInya juga lagi bermasalah). Sampe pada akhirnya, pengurus BFN yg baru mengeluarkan keputusan membubarkan tim Sea Games setelah ajang selesai. Pemain akan dirombak besar2an, begitu pula jajaran pelatih. Robbi Hartono, yg melatih timnas futsal Indonesia dari 2009 akan diganti Andri Irawan (pelatih muda jenius, sekaligus dosen mata juliah futsal di Universitas Negeri Jakarta). Pengurus BFN pimpinan Toni Aprilani juga menunjuk Justinus Lhaksana (founding father futsal Indonesia, ex-pelatih timnas) untuk menjadi Direktur Tehnik. Awalnya gue kurang sepakat sama keputusan ini, karna pemain2 yg terpilih untuk membela Timnas Sea Games merupakan pemain2 lawas yg kemampuannya gak perlu diragukan lagi. Sedangkan Andri Irawan tiba2 membuka seleksi pemain Timnas untuk ajang Pra Piala Asia (PPA), yg akhirnya terpilih beberapa pemain kurang pengalaman (diluar Ade Lesmana dan Deni Handoyo). Setelah terbentuk, ujicobalah 2 tim tersebut, dan saat itu gue nonton langsung, dan berpikiran "Emang kayaknya perlu perubahan di timnas futsal". Pertandingan tersebut dimenangkan tim PPA dgn skor 2-1. Bukan masalah skornya, tapi disitu terlihat antusiasme pemain dan kekayaan strategi yg dimiliki tim PPA. Mulai meragukan kemampuan timnas futsal seagames, tapi masih yakin dgn kemampuan merebut perak (karna emas udah pasti Thailand, udah beda kelas). Pertandingan pertama lawan Vietnam ternyata Indonesia ditahan imbang 2-2 padahal secara tehnik permainan kita lebih unggul. Pertandingan kedua membantai Filipina 9-5, masih on track, karna gue berpikir Vietnam gak akan bisa membantai lebih dari itu. Ternyata eh ternyata, Vietnam membantai Filipina 7-1!! Jadilah mereka juara grup A. Di grup B, udah gak perlu dipertanyakan, Thailand jadi juara grup setelah membantai Myanmar 17-0 dan Malaysia 9-2. Indonesia bakal ketemu Thailand di semifinal. Ajang futsal Sea Games ini sebenernya udah ketauan siapa yg bisa dapet emas, setelah Thailand mengirim timnya. Tinggal gimana perak-perunggu diperebutin Indo-Viet-Malay. Saat semifinal, udah bisa ketebak, Indonesia jadi bulan2an Thailand. Sebelum masuk lapangan pun, muka2 pemain Indonesia udah muka kalah, udah muka yakin gak akan menang. Dilapangan semuanya kejadian, Thailand sangat unggul di possession, dan pressing ketat setiap pemain Indo pegang bola, yg memaksa pemain Indo untuk melakukan umpan direct kedepan. Yang paling kentara kenapa Thai adalah tim kelas dunia: Set Piece yg mumpuni. Tiap ada corner-freekick, mereka selalu punya set piece yg beda2. EDAN!! Thai memimpin 3-0, Indonesia sempat membalas jadi 3-1, tapi halftime ditutup 4-1 untuk Thailand. Babak kedua cuma formalitas 20 menit saja, karna Thai bisa memimpin sampai 7-1, sebelum mengistirahatkan pemain2 intinya dan terkejar menjadi 7-4. Kalo diliat dari skor, mungkin beda tipis, tapi kenyataan dilapangan, Thai emang bukan kelas kita. Perebutan perunggu lawan Malaysia juga udah pada males2an, maen jauh dari organisasi permainan yg apik, saling mengandalkan tehnik individu. Meski menang 3-2 dan merebut perunggu, emang udah saatnya ada penyegaran di timnas futsal Indonesia.

Secara pribadi, ini hasil yang sangat mengecewakan. Gue bingung kenapa orang2 pada bangga sama pencapaian perak di sepakbola. Apa yg perlu dibanggain?? Kita maen di GBK, dgn pemain fullteam tanpa ada yg cedera atau akumulasi. Dukungan penonton selalu memenuhi GBK, nyanyi2an gak berenti dikumandangkan, semua doa dari pelosok negeri dicurahkan untuk pemain2 di Jakarta. Perak?? Gak membanggakan, malah itu JELEK.

Buat futsal, perunggu itu udah bagus?? Apa bagusnya elo dapet juara ketiga, dari 6 tim DOANG?? Perak itu harga mati, gak usah harap emas kalo ada Thailand ikut. Tapi ini dapet perunggu udah kayak berhasil piala dunia. Buat apa?? Juara yg selalu dicatet dalam sejarah. Runner-up aja gak keitung, gimana juara ketiga!!

Ada yg lucu, ada beberapa masyarakat bilang pertahanin tim U-23 ini. Mungkin mereka berpikir umur dari pemain2 ini gak tua2 kali ya. Kalo pada bilang, bukan pertahanin buat Sea Games, tapi untuk masuk timnas senior. Hey, ribuan orang pengen dapet tempat di 11 pemain yg mengenakan Garuda di Dada, jangan cuma gara2 dapet perak di Sea Games (yg mana adalah hasil yg buruk), terus maen pertahanin aja. Coba pikir pake logika, kalo tim ini terus dipertahanin tanpa adanya pesaing. Mau taro dimana Boaz, Greg, Victor, Bustomi, Zulkifli, dll?? Yg namanya timnas, ya pemain terbaik di negara yg bersangkutan. Bukan gara2 dapet perak, terus dipertahanin. Performa kan gak selalu ama tiap pertandingan, pasti ada flopnya juga.

Buat di Futsal, perombakan besar2an yg dibawa Justin dan Andri menurut gue akan bersifat positif, karna pemain timnas yg menghuni Sea Games sekarang, notabene merasa "sangat nyaman" dengan posisinya, karna memang mereka adalah pemain bintang yg dari dulu kala selalu menghuni timnas. Dgn adanya Andri, yg melihat pemain bukan dari status kebintangan, tapi ngeliat dari kemampuan pemain menyerap strategi, dan juga Justin dgn ide2 nyelenehnya, kita bisa banyak berharap sama tim futsal Indonesia kedepannya, semoga.

Tulisan gue diatas cuma uneg2 gue sebagai suporter Indonesia yg biasa, yg pengen timnya meraih prestasi. Bangga disaat meraih hasil bagus, dan ikut merasakan kesedihan saat tim terpuruk. Buat gue, Garuda di Dada itu bukan hanya kata2, tapi itu adalah semangat yg mengalir didarah gue, yg membuat dari SMA gue nonton langsung di GBK, sampe sekarang, selalu membuat bulu kuduk berdiri saat Indonesia Raya dikumandangkan. Karna yg memBANGGAkan gue dari atlit2 yg membela bangsa itu bukan hasil yg diraih, tapi gue BANGGA DENGAN SEMANGAT YG MEREKA TULARKAN KE SELURUH MASYARAKAT INDONESIA!! Bangga dengan semua pengorbanannya. Buat gue, mereka menjadi pahlawan disitu. Sekali lagi, BUKAN KARNA HASILNYA..