Kamis, 06 April 2017

#PacaranTime

Jadi tergelitik pengen nulis tentang tema ini setelah weekend kemaren nonton #ColdplaySingapore dan banyaaaaakk temen udah pada menikah dan punya anak, cuma nonton berdua, gak bawa anak. ORANG TUA MACAM APA KALIAN HAAAHH???!! Gue pernah nulis sekilas di "Quality Time" beberapa tahun lalu. Tapi mau coba lebih fokus ke 1 bahasan, kalo di tulisan lama, gue nyebutnya Our Time. Tapi kayaknya lebih asik kalo nyebutnya Pacaran Time..


Our Time. "Our Time" adalah waktu berkualitas untuk meningkatkan ikatan antar pasangan. Contohnya juga banyak. Nonton berdua, liburan, dll.
Buat gue sama Dewa adalah nonton midnite plus dinner tengah malem (rutin 2-3 minggu sekali), dan tentunya setiap hari saat Adia udah tidur. Cukup peluk-pelukan sembari cerita apa yang dialamin pada hari tersebut. Ya meski seringnya "berlanjut" sih.

Kalo udah punya anak, bosen ngurusin tiap hari? Jangaaann.. Emang sebagian besar waktu suami-istri akan terbagi untuk ngurusin anak, tapi tetep harus ada waktu "pacaran" dong, biar hubungan bisa terjaga tetap harmonis. Caranya gimana? Ya itu tiap pasangan bisa ngakalin masing-masing, gue-Dewa udah ngasih contoh. Kalo emang anak belom bisa ditinggal, cukup tiap malem jangan pada langsung tidur, tapi nonton tipi bareng juga oke koq. Kadang kan masalahnya dalam rumah tangga itu simpel, pada ngerasa saling gak diperhatiin. Si Ayah ngerasa Ibu ngurusin anak mulu, jadi kecapean. Atau si Ibu yg ngerasa mikirin kerjaan mulu, jadi kecapean juga. Malem dihabiskan main sama anak, anak tidur, eh malah lanjut dengan ZZZZZZzzzzz... *molor*

3 paragraf diatas gue copy paste dari tulisan lama. Dan masih relevan dengan keadaan saat ini.

Emang seberapa pentingnya sih Pacaran Time saat elo sudah menikah dan punya anak?

Menurut gue, PENTING BANGET.

Begini, menurut gue pribadi, cinta ke pasangan itu berbeda dari pada cinta ke anak, saudara, atau orangtua. Elo baru terlahir di dunia, udah di design sedemikian rupa untuk mencintai kedua orangtua dan adik/kakak. Begitupula saat punya anak, begitu mereka terlahir, itu perasaan cinta udah otomatis pasti ada dan bertumbuh. Seiring berjalannya waktu, mau dalam situasi apapun, elo gak bisa merubah siapa Ayah-Ibu, Kakak-Adik, atau anak-anak kita, gue nyebutnya effortless love. #saik

Orangtua meninggal, elo pasti bakal tetap mencintai mereka, minimal mengunjungi makam dan mendoakan pada saat ibadah.
Kakak-Adik udah pisah rumah, beda kota, meski pasti ada perasaan gengsi untuk mengungkapkan, tapi mereka adalah orang pertama yang elo cari kalo ketemu masalah.
Anak-anak? Mau gimana juga, mereka tetap merupakan darah daging, meski setelah menikah akan punya kehidupan sendiri, membangun tempat tinggal, meninggalkan kita.

Saat "meninggalkan kita" tersebut terjadi... Elo sama siapa?

Ya sama PASANGAN. Suami atau istri.



Cinta kepada pasangan harus diciptakan, dikembangkan, lalu dipertahankan tentu saja dengan USAHA dari kedua belah pihak. Itu yang membedakan.

Ambil contoh kasus terekstrim, Ta'aruf. Menurut gue cara tersebut sangat sulit, dan salut banget sama temen-temen yang berhasil sampe detik ini, hebat. Sepengetahuan gue, Ta'aruf itu tidak memerlukan pendekatan, menjalin hubungan (pacaran), lalu menikah. Tidak ada step-step seperti itu, karna alasan mereka menikah karna Allah SWT, bukan karna manusia. Untuk kasus ini, mereka akan mencoba menciptakan rasa cinta setelah mengucap Ijab Kabul. Lalu seiring berkembangnya waktu, mereka harus mengembangkan cinta tersebut ke level yang lebih tinggi, dengan lebih banyak bernegosiasi dan menerima kekurangan pasangan. Lalu mempertahankan cinta tersebut, pada saat ternyata keadaan tidak sesuai ekspektasi, saat rumah tangga di tempa masalah-masalah ringan maupun berat. Keadaan lebih mudah tentu saja setelah pasangan melalui proses pendekatan, pacaran, dan akhirnya memutuskan menikah karna udah berpikir He/She is The One.

Gak gampang loh.

Elo membuka mata di pagi hari, disamping elo ada pasangan.
Saat memejamkan mata di malam hari, lah dia lagi, dia lagi. Eneg dah luh.


Mungkin berbeda sama para role model parenting (tentu saja bukan gue salah satunya) di luar sana yang selalu mengatakan "My Kids My Everything" atau "Anak Gue Adalah Segalanya Dalam Hidup Ini". Gue gak begitu.

Kalo ada yang nanya "Gol, elo lebih cinta istri apa anak-anak?"

Bakal jawab: "Gue akan lebih banyak memberikan cinta yang gue miliki ke istri daripada anak-anak"

Alasannya simpel seperti yang udah gue tulis diatas.
Gak usah di apa-apain, rasa cinta gue ke Adia-Carra udah ada, bertumbuh dengan sendirinya, dan gak perlu dipertahankan, karna bakal selalu ada meskipun mereka suatu saat menikah dan meninggalkan gue.
Cinta gue ke Dewa di ciptakan saat kami bertemu. Dikembangkan saat pacaran dan menikah. Dan harus dipertahankan sampe maut memisahkan. Itu butuh usaha keras, apalagi di fase "mempertahankan". Akan sulit, karna pasti ada siklus naik-turun dalam suatu hubungan suami-istri.

Contoh termudah.
Elo marah sama Ayah-Ibu/Kakak-Adik/Anak-Anak. Semarah-marahnya, gak akan ada mantan Ayah. Gak akan ada mantan Kakak. Gak akan ada mantan anak.
Elo marah sama pasangan? Kalo fase "mempertahankan" jebol, bisa ada mantan suami, atau mantan istri.


Gak gampang loh.

Makanya gue sama Dewa sepakat, di dalam pernikahan kami, WAJIB ada yang namanya Pacaran Time. Cuma pergi bedua aja. Refreshing dari rutinitas nyari duit. Refreshing dari rutinitas ngurusin anak-anak. Refreshing dari gilaknya kehidupan yang bisa bikin stres ini. Kalo kata lagu Coldplay, yang gue sebel gak mereka maenin: "Us Against The World".
Through chaos as it swirls
It's us against the world

And siiiinng sloooww oooww ooowww oooowww it down..
And siiiinng sloooww oooww ooowww oooowww it down..
Jadi nyanyi kan ah ngehe.

Kami beruntung, punya Asisten yang bisa dipercaya pegang anak-anak kalo lagi Pacaran Time. Dan juga masih punya orangtua serta mertua yang dengan senang hati menjaga cucu-cucunya, kalo sampe di tinggal nginep kayak ke Singapore kemaren. Jadi tenang pas lagi beduaan. Mungkin ada yang gak seberuntung kami, misal gak ada Asisten, atau lagi di perantauan jauh dari keluarga. Tapi gue yakin Pacaran Time tetep wajib dilakukan, seenggaknya di malam hari saat semua urusan kerjaan dan anak-anak telah selesai. Simpel aja, misalnya nonton DVD bareng sambil nyemil martabak. Atau ML yang direncanakan, misal pake borgol, cambuk segala. Pasti elo tau sendirilah gimana enaknya. Karna gue gak pernah percaya ada orang yang hobinya ngurus anak. Itu kewajiban, bukan hobi. Kalopun emang bener ada, semoga bisa dapet hobi baru ya setelah hobinya selama 20an tahun udah gak ada lagi setelah pada menikah nanti :))

Dari awal punya anak (yang kebetulan dua-duanya perempuan), gue selalu maintain expectation, untuk selalu siap saat Adia dan Carra ada yang melamar, dan mereka mau mengarungi kehidupan baru bersama pria tersebut. Agar gue gak terlarut dalam kesedihan, karna emang polanya bakal begitu, pasti mereka ninggalin gue sama Dewa. Agar membuat diri ini rela untuk mengatakan "Go ahead girls", dan melepaskan genggaman tangan gue ke mereka.

Pada akhirnya kehidupan ini adalah tentang bagaimana elo menikmatinya bersama pasangan untuk melewati semua fase-nya. Belom punya anak, punya anak dan ngurusin mereka, anak-anak udah pada menikah.
Dia yang akan nemenin elo sampe akhir hayat. Bukan orangtua. Bukan saudara-saudara. Bukan pula Adia dan Carra...

So I Will Choose To Give More Love To Dewa.






Gue pribadi punya cita-cita, masa tua nanti bakal gue habiskan sama Dewa di Inggris. Kayaknya seru aja tiap weekend nonton bola. Weekday ke bar dengerin live musik-musik britpop. Semoga dikasih kesehatan dan kemampuan buat mewujudkannya. Amien.

"Maybe I just wanna fly. Want to live I don't wanna die. Maybe I just wanna breathe. Maybe I just don't believe. Maybe you're the same as me. We see things they'll never see.You and I are gonna live forever",
Live Forever, Oasis. From Definitely Maybe's Album.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar