Senin, 18 November 2013

Carra

Usia kehamilan Dewa sudah memasuki bulan ke-empat, dimana menurut Islam, pada waktu itu sudah dihembuskan ruh, nasib, takdir, dan lain-lain untuk janin dikandungan.

I think this is the right time to release our next child "name".

Seperti anak pertama, sebelum lahiran-pun gue sama Dewa sudah menemukan nama singkat untuk calon anak kedua kami yang masih didalam kandungan. Banyak yang bilang pamali udah ngasih nama kan ya? Ya kan itu pamali dengan standar elo, kalo standar gue mah selow-selow aja. MAU BERANTEM LU JADINYA???!!! *lhah jadi gini*

Waktu Dewa hamil Kei Radhiyya Akbar, di-usia kandungan 2 bulan, dia mimpi didatengin sama kakek-kakek ubanan, yang entah sampe sekarang gak tau siapa, itu orang ngomong: "Nanti anak kamu dikasih nama 'Radia' ya", setidaknya itu spell yang Dewa denger. Sejak saat itu, janin di kandungan selalu kami panggil "Radia". Itu nama buat anak laki atau perempuan? Belom tau, tapi bisa di-switch, kalo laki panggilan bisa "Radi", kalo perempuan bisa "Adia". It's not a big problem.

Sampe akhirnya bikin syukuran 4 bulanan, di akhir Surat Maryam ayat 6, ada bacaan "Radhiyya". Waktu itu belom ketauan jenis kelamin apa, tapi Surat Maryam itu "bacaan" untuk anak perempuan. Bulan depannya cek ke dokter, alhamdulillah ternyata anak perempuan. Menarik. Sejak saat itu, kami selalu memanggil dengan sebutan "Adia", sampai hari ini.

Dari sejak anak pertama, gue selalu menyerahkan urusan pemberian nama ke Dewa. Bukannya males, tapi emang itu bentuk privilege dia karna sudah mengandung selama 9 bulan dan proses melahirkan yang tidak mudah. Tapi Dewa selalu memberikan 1 spot, untuk anak pertama adalah nama terakhir, yaitu "Akbar". Diambil dari nama belakang gue. Sisanya seterah dia aja. Untuk anak kedua ini, sebenernya udah ngetekin (bingung kan lu baca-nya, antara "diselipan ketek" atau "bunyi seperti mie tektek") dari dulu. Gak pake "Akbar" juga gak papa, bukan itu request-nya.

Dengan kebiasaan kami memanggil janin dengan nama panggilan, dan "jatah" spot yang Dewa kasih, pun didukung oleh fakta bahwa si kakek-kakek beruban (kenapa gue berpikir doi bentuk-nya mirip sinterklas gitu yak) itu tidak dateng kedua-kalinya untuk ngasih nama, akhirnya sepakat memanggil dengan panggilan:

CARRA.

"Inspirasi-nya darimana?"

Buat para pendukung Liverpool, pasti udah gak asing dengan nama James Lee Duncan Carragher, atau yang biasa dikenal dengan nama Jamie Carragher. Gue sangat mengidolakan sosok-nya, itu terlihat dari pertamakalinya punya jersey Liverpool (musim 2011-2012) dan menggunakan nameset "Carragher 23" di-punggung. He's a legend in Anfield. He's a one man club. Terlahir pada tanggal 28 Januari 1978, dan pada tahun 1988 sudah masuk ke Youth Academy Liverpool FC, dan melakukan debut tim senior di tahun 1997, dan pensiun tahun 2013 kemaren. Lebih lengkap-nya cek di wikipedia aja yak, puyeng gue translate-nya -_- JAMIE CARRAGHER.

Gambar Diambil Dari Google
 "Filosofi-nya apa?"

Semasa menjadi pemain, Carragher adalah sosok yang memiliki pendirian kuat, terlihat dari keengganan-nya untuk berganti klub selama karir-nya, dengan alasan tidak akan pindah sebelum dapat memberikan gelar English Premier League kepada Liverpool (ya meski sampe beliau pensiun juga gak berhasil sih. Pppfftt). Carragher juga merupakan pemain yang dengan mudah beradaptasi didalam tim, dengan segala Manager silih ganti berganti tapi tetap menjadi pilihan utama, terutama adaptasi posisi baru dilapangan. Posisi gelandang bertahan, bek kanan, bek kiri, hingga mapan di posisi bek tengah telah dilalui-nya tanpa hambatan (terlihat dari sering-nya berada di starting 11). Terakhir, Carragher merupakan pure leader di tim Liverpool, meski sebatas vice-captain dari mulai jaman Hyypia hingga Gerrard. Tapi komando lini belakang sudah pasti selalu jadi milik-nya. Gue pengen, nanti anak kedua mempunyai karakter yang mirip Carragher: Punya pendirian kuat, mudah beradaptasi, dan berbakat untuk menjadi pure leader.

"Kan belom ketauan ini anak laki apa perempuan?"

Ya gak papa, toh Carra juga terdengar bisa menjadi panggilan untuk anak laki atau perempuan bukan? Tinggal nama lengkap-nya saja yang nanti diperjelas. Seperti Adia, misal ternyata dia dulu anak laki, bisa diubah menjadi "Radia", kalau anak perempuan tinggal ditambah menjadi "Radhiyya", sounds manly/girly, right? Sama aja berarti untuk nama kedua. Selow.

Tapi dari semua tetek-bengek alasan ngehe diatas, alasan utama kenapa kami memilih nama CARRA adalah:

"KARNA GUE SUKA DAN (KEBETULAN) DEWA JUGA SUKA".

As simple as that.

Hey CARRA!! Ayah, Ibu and Kakak Adia Is Waiting For You...

Cant Wait..

Carra's H-6 month

Tidak ada komentar:

Posting Komentar